Peran Saudagar Muslim Makassar Islamkan Suku Asli Australia

Peran Saudagar Muslim Makassar Islamkan Suku Asli Australia

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Suku Aborigin dan Torres Strait Islander menjalin kontak teratur dengan Muslim. Tidak diketahui kapan tepatnya orang-orang Makassar ini pertama kali tiba di Australia. Beberapa sejarawan memperkirakan 1750, ada yang menyatakan sebelum 1664, mungkin pada awal 1500-an. 

Dilansir dari Muslim Village, John Bradley dari Monash University mengatakan, hubungan Aborigin dengan orang-orang Makassar merepresentasikan upaya pertama Australia di bidang hubungan internasional, dan hubungan itu sukses. Mereka menjalin perdagangan tanpa penghakiman atau diskriminasi rasial.  

Sebagian nelayan Makassar tinggal dan menikah dengan perempuan Aborigin. Mereka meninggalkan warisan agama dan budaya di Australia. Bersama lukisan gua dan seni Aborigin lainnya, keyakinan Islam juga memengaruhi mitologi Aborigin. 

"Jika Anda pergi ke timur laut Arnherm Land, ada jejak Islam dalam lagu, lukisan, tarian, dan ritual pemakaman. Lewat analisis linguistik, Anda juga dapat mendengar lagu-lagu pujian kepada Allah atau setidaknya doa-doa tertentu," kata Bradley.

Jalinan perdagangan teripang itu surut pada 1906. Para nelayan tak sanggup dengan tingginya pajak dan kebijakan pemerintah kolonial yang membatasi perdagangan nonkulit putih. 

Akan tetapi, lebih dari seabad berlalu, sejarah dua suku lain bangsa itu masih dirayakan masyarakat Aborigin di Australia utara. Sebagian masyarakat Yolngu bahkan menganggap orang Makassar sebagai kerabat lama yang hilang.

Itu bukan satu-satunya kontak Muslim nusantara dengan masyarakat Aborigin. Pada akhir abad ke-19, awal abad ke-20, sekelompok orang Melayu bekerja di penambangan mutiara di Broome, pantai barat daya Australia. Seperti halnya nelayan Makassar, banyak orang Melayu menikah dengan perempuan asli Australia. Hari ini, masih banyak keluarga di Australia Utara yang memiliki nama-nama seperti Doolah, Hassan, dan Khan. 

Jauh-jauh dari Asia Selatan, para penunggang unta asal Afghanistan juga telah menjalin hubungan dengan Aborigin sejak 1850-an. Antara 1860-1930, sekitar 400 penunggang unta datang ke Australia. 

Mayoritas dari Afghanistan, tetapi sebagian datang dari India dan Pakistan. Mereka mewariskan sejumlah masjid tertua dan memainkan peran kunci dalam membuka rute padang pasir. Orang-orang inilah yang meletakkan dasar infrastruktur jalur Overland Telegraph Line dan Ghan Railway yang melintasi padang pasir Australia dari utara ke selatan. 

Seiring perubahan iklim politik dan kebijakan kulit putih, identitas suku asli Australia kian tergerus zaman. Islam pun terdengar asing bagi masyarakat Australia modern. 

Namun, sisa-sisa kontak sejarah tetap membekas. Peta Stephenson, sosiolog dari Universitas Victoria, mengatakan, kompabilitas keyakinan antara Aborigin dan Islam tidak jarang ditemukan. Misalnya, praktik sunat laki-laki, sikap budaya menghormati yang lebih tua, dan ajaran bersikap selaras dengan alam.

"Banyak orang Aborigin yang saya ajak bicara perihal kesamaan budaya ini mengutip ajaran Alquran yang mengatakan 124 ribu nabi telah dikirim ke bumi. Mereka berpendapat, beberapa nabi telah mengunjungi Aborigin dan menyampaikan risalahnya," kata Stephenson.

Justin Agale, Muslim keturunan campuran Aborigin-Torres Strait Islander, misalnya, juga melihat Islam sebagai 'kelanjutan' dari budaya Aborigin-nya.   []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita