Qatar Dukung Boikot Produk Prancis sebagai Bentuk Protes Sentimen Anti-Islam Presiden Macron

Qatar Dukung Boikot Produk Prancis sebagai Bentuk Protes Sentimen Anti-Islam Presiden Macron

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Seruan untuk memboikot produk Prancis sedang meningkat di kawasan Arab dan di negara-negara Muslim beberapa hari ini. Seruan ini meningkat setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan bangga menyatakan bahwa negara tersebut tidak akan melarang karikatur yang menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Tagar #BoycottFrenchProducts juga menjadi trending di Twitter sebagai tanda protes terhadap meningkatnya sentimen anti-Islam di Paris, menyusul insiden seorang guru dipenggal karena tindakan kasarnya yang menunjukkan karikatur Nabi.

Pengguna media sosial juga mengganti foto profil mereka dengan spanduk ‘Muhammad messenger of GOD’ sebagai protes atas pernyataan Macron yang mengejek Rasulullah pada hari Rabu.

Sejumlah supermarket di Qatar menyambut seruan boikot produk Prancis, di tengah ketegangan antara pemerintah Prancis dan minoritas Muslimnya lapor Al Araby pada Ahad (25/10). Pada Jumat, supermarket Al Meera Qatar mengeluarkan semua produk Prancis dari raknya sebagai tanggapan atas dugaan provokasi Paris.

“Kami menegaskan bahwa sebagai perusahaan nasional, kami bekerja sesuai dengan visi yang sejalan dengan agama kami yang setia, adat istiadat dan tradisi kami yang mapan, dengan cara yang melayani negara dan keyakinan kami, dan memenuhi aspirasi pelanggan kami,” kata perusahaan dalam sebuah pernyataan.

Universitas Qatar juga bergabung dengan gerakan tersebut, mengumumkan penundaan acara Pekan Budaya Prancis.  “Setiap pelanggaran terhadap keyakinan Islam dan simbol suci sama sekali tidak dapat diterima, karena pelanggaran ini merusak nilai-nilai kemanusiaan universal dan prinsip moral tertinggi yang ditegaskan oleh semua masyarakat kontemporer,” kata universitas dalam sebuah pernyataan.

Dalam perkembangan terkait, Paris telah memanggil kembali Duta Besar Prancis untuk Turki setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan Macron harus menjalani pemeriksaan mental karena dia bersumpah untuk mempertahankan nilai-nilai sekuler dan melawan radikal Islam.

Sementara itu, gerakan Hamas dalam pernyataannya menggambarkan tindakan menghina agama dan Nabi bukan sebagai bentuk kebebasan berbicara melainkan mempromosikan budaya kebencian terhadap Islam.

“Sikap Macron yang mendorong terbitnya karikatur Nabi Muhammad adalah upaya menghidupkan kembali Perang Salib yang pernah dipicu Prancis sebelumnya,” kata juru bicaranya, Sami Abu Zuhri. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA