Ma'ruf Amin: Pihak yang Keberatan UU Cipta Kerja Jangan Buat Kegaduhan

Ma'ruf Amin: Pihak yang Keberatan UU Cipta Kerja Jangan Buat Kegaduhan

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan pihak yang tidak suka dengan Omnibus Law UU Cipta Kerja untuk tidak membuat kegaduhan, apalagi sampai melanggar hukum. Ma'ruf minta pada masyarakat yang tidak sependapat dengan pemerintah terkait UU Cipta Kerja untuk menempuh jalur hukum lewat pengajuan uji materi ke Mahkamah Konstitusi.

"Sesuai dengan prinsip supremasi hukum atau rule of law, pihak-pihak yang merasa keberatan dengan materi UU Cipta Kerja dapat menempuh jalan konstitusional ke MK," ujar Ma'ruf saat memberikan pembekalan kepada Alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan LX dan Peserta PPRA LXI 2020 Lembaga Ketahanan Nasional secara daring dari Jakarta, Selasa (13/10/2020).

"Bukan jalur atau cara-cara yang menimbulkan kegaduhan, apalagi melanggar hukum," Ma'ruf menambahkan.

Ia mengatakan hal-hal yang dipersoalkan beberapa kalangan disebabkan kekeliruan penyampaian informasi dan kesalahan penerimaan terhadap konten Omnibus Law UU Cipta Kerja itu.

"Berdasarkan identifikasi dan analisa pemerintah, hal-hal yang dipersoalkan oleh beberapa kalangan muncul karena mispersepsi, disinformasi, kesalahpahaman atau disalahpahamkan," katanya.

Oleh karena itu, ia melanjutkan, pemerintah terbuka untuk menerima aspirasi masyarakat yang belum terakomodasi di dalam UU yang disahkan di sidang paripurna DPR pada Senin malam itu (5/10).

"Pemerintah membuka diri. Kalau masih ada aspirasi masyarakat yang belum terakomodasi, sebaiknya disampaikan kepada Pemerintah untuk menjadi bahan masukan dalam penyusunan PP (peraturan pemerintah) maupun perpres atau aturan pelaksanaan lainnya," katanya.

Sebelumnya, saat membuka Pra-Ijtima Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tahun 2020 dari rumah dinas wapres di Jakarta, Senin (12/10), Ma'ruf Amin meminta organisasi kemasyarakatan Islam dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat menjadi perantara bagi aspirasi masyarakat yang belum tertampung dalam Omnibus Law UU Cipta Kerja.

MUI dan ormas-ormas Islam diminta untuk mendalami dengan baik isi UU Cipta Kerja dan menyampaikan saran kepada Pemerintah untuk diterjemahkan pada peraturan pemerintah, peraturan presiden maupun regulasi lain sebagai turunan dari UU itu.

"MUI bersama ormas-ormas Islam diharapkan dapat menjadi jembatan untuk menampung aspirasi masyarakat, untuk kemudian disampaikan kepada Pemerintah secara konstruktif serta dengan cara yang baik," ujarnya. (Antara)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita