Hantu Pocong Penunggu Lubang Buaya

Hantu Pocong Penunggu Lubang Buaya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Cerita mistis Lubang Buaya yang satu kompleks Monumen Pancasila Sakti di Pondok Gede, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur membuat bulu kuduk pengunjung bergidik. Aura mistis sudah dirasakan sejak masuk ke area Lubang Buaya meski telah direvitalisasi.

Saat mendekati Lubang Buaya, terdapat papan bicara menjelasan sumur tua sedalam 12 meter dan berdiameter 15 cm yang digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk mengubur tujuh jenderal pahlawan revolusi.

Tujuh pahlawan revolusi tersebut yakni Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letnan Jendral (Letjen) Anumerta Suprapto, Letjen Haryono, Letjen Siswono Parman, Mayor Jendral (Mayjen) Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Brigadir Jendral Katamso Darmokusumo.

Meski Lubang Buaya sudah dipasangi tehel keramik, tetapi kekejaman PKI terhadap para jenderal terbayang jelas. Apalagi di area juga terdapat 34 diorama yang menyajikan peristiwa-peristiwa kekejaman PKI dalam bentuk 3 dimensi.

Selain terbayang kekejaman PKI pada saat itu, suasana mistis sangat kuat dirasakan. Hal itu, dirasakan oleh penjaga museum Bobby (nama samaran) dan juga rekannya Ahmad (nama samaran). 

Mereka mengaku telah menjadi penjaga di monumen ini hampir sepuluh tahun. Tak hanya itu, mereka menjaga bangunan ini dari pagi hingga bertemu pagi kembali. Sangat banyak kejadian-kejadian aneh yang mereka jumpai, sehingga sudah mengganggap hal biasa.

Ahmad pernah melihat sosok pocong yang tali kain kafannya sudah terlepas. Ia mengaku melihat sosok pocong saat berada di samping gedung Museum Pengkhianatan PKI. Ahmad mengaku pocong tersebut terbang menuju sumur Lubang Buaya dari Museum Pengkhianatan PKI.

"Saya lihat di samping gedung pengkhianatan PKI dan tiba-tiba terbang menuju sumur. Ini terjadi ketika sedang berjaga malam hari," ungkapnya saat ditemui Tagar, 1 November 2019.

Tak hanya itu, ketika Ahmad berpatroli mengelilingi tiap ruangan, dirinya sering mendengar percikan air seperti orang sedang bermain air di kamar mandi.

"Tapi saat dicek ke kamar mandi, tak ada seorang pun di sana dan tiba-tiba suara menghilang," sebutnya.

Ahmad mengakui museum Lubang Buaya sangat angker. Itu dikarenakan penyiksaan yang dilakukan PKI berada persis di samping museum. Sehingga ia beberapa kali melihat arwah korban kekejian PKI di tempat tersebut.  

"Tapi itu bukan arwah para jenderal, melainkan oleh arwah-arwah tempat pemakaman yang berada persis di samping museum. Arwah para jendral telah pindah bersama dengan pindahnya jasad mereka ke TMP (Taman Makam Pahlawan) Kalibata," kata Ahmad.

Ini terjadi ketika sedang berjaga malam hari.

Sementara Bobby mengaku dirinya pernah melihat sesosok hitam berbadan besar di dekat Lubang Buaya saat berjaga di ring 1. Ia mengaku melihat sosok besar hitam tepat pukul 00.00 Wib.

"Saat itu sedang patroli di sekitar ring 1 dan melihat sosok hitam besar hampir melebihi pohon itu (pohon palem) dan tiba-tiba hilang begitu saja," ungkapnya.

Karena melihat sosok besar itu, Bobby yang ditemui mengenakan baju berwarna merah dan mengenakan celana Jeans langsung lari ketakutan kembali tempat jaganya.

"Saya langsung lari sekencang-kencangnya ke tempat teman lainnya yang saat itu juga sedang berjaga,"ujarnya.

Bobby pun berpesan kepada pengunjung, untuk menjaga etika dan sopan santun agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Jaga sopan santun, jangan membuat kegaduhan, jangan bercanda, dan yang intinya jangan melakukan hal-hal yang aneh nantinya malah merugikan diri sendiri," pesannya.

Salah satu pengunjung, Usman 30 tahun, mengaku baru pertama kali mengunjungi Monumen Pancasila Sakti, termasuk Lubang Buaya. Usman yang mengenakan jaket berwarna hijau dan celana jeans berwarna biru mengaku dirinya melihat rumah penyiksaan tak menyangka dirinya langsung merinding.

Ia mengaku beberapa kali terkejut melihat isi rumah penyiksaan. Bahkan ia tak berhenti beristigfar saat melihat, khususnya saat berada di dapur umum. Kondisi dapur umum terlihat lebih gelap dan pengap.

Di ruangan ini pengunjung akan melihat rumah yang masih beralaskan tanah dan terdapat beberapa peralatan masak di dalamnya, seperti kompor, koali, wajan, dan sebuah rak. Dibangunan ini terdapat beberapa genteng yang diyakini merupakan barang asli dari rumah kejadian

"Saya tidak berhenti beristigfar dan membaca Selawat. Mungkin karena mebayangkan seramnya kejadian pada saat itu," ujarnya, 1 November 2019.

Baginya bisa melihat dan mengelilingi museum Lubang Buaya adalah pengalaman berharga. Ia dapat belajar langsung tentang sejarah sekaligus mendapatkan sensasi betapa seramnya kejadian tersebut. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita