DNA Bangsa Indonesia itu Gabungan Agama-Nasionalis, jadi Masalah Setelah Komunis Muncul

DNA Bangsa Indonesia itu Gabungan Agama-Nasionalis, jadi Masalah Setelah Komunis Muncul

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum ada komunis di Indonesia hubungan antar warga bangsa dari semua golongan hidup guyub saling berdampingan. Suatu perpecahan menjadi tak terelakkan saat komunisme hadir ditengah-tengah masyarakat Indonesia.

Hal itu lah yang menjadi salah satu alasan mendasar kenapa Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mengangkat kembali isu komunisme yang sejatinya menjadi kanker bagi Ibu Pertiwi.

Demikian disampaikan Pendiri Gerakan Indonesia Bersih Adhie Massardi, saat menjadi narasumber dalam acara diskusi daring bertajuk "Doa dan Harapan Untuk Negeri" yang selenggarakan oleh Rekat Indonesia, di Hotel Grand Syahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (3/10).

"Dulu itu pada mulanya DNA bangsa Indonesia gabungan dari kelompok agama dan kelompok sekuler ya istilahnya kalau sekarang disebut nasionalis lah, dan tidak ada masalah puncak dari pergaulan ini adalah di BPUPKI. Yang Islam, nasionalis, sekuler, bergabung di situ memikirkan Indonesia dan kemudian muncul lah kemerdekaan itu," ungkap Adhie Massardi.

"Nah setelah merdeka problem ada muncul, kenapa problem muncul? Barulah setelah muncul komunis, ini jadi masalah, persatuan menjadi masalah," imbuhnya.

Jurubicara Presiden KH Abdurrahman Wahid itu menyatakan, perbedaan pandangan dan selisih pendapat sejak dahulu memang sudah ada tetapi tidak sampai mengoyak persatuan antar sesama warga bangsa Indonesia.

"1930-an ada polemik kebudayaan Sutan Takdir Alisyahbana, dia mengkritik keras cara pendidikan pesantren tapi tidak ada orang yang bereaksi bahwa ini itu, cara menyampaikannya dan yang menarik ada yang membela, pendidikan tradisional itu juga ada Ki Hajar Dewantoro, Dr. Sutomo, Sanusi Pane itu yang sekuler membela. Jadi sampai situ sih enggak ada masalah," katanya.

Atas dasar itu, Adhie Massardi menyebut ketika KAMI menggulirkan isu komunisme itu memiliki tujuan baik bahwa komunisme itu ibarat kanker yang menggerogoti tubuh Ibu Pertiwi yang harus disingkirkan.

"Nah jadi ketika KAMI menggulirkan isu komunis itu bukan bermaksud mau cari perkara dengan mengingatkan luka-luka lama. Tapi bangsa ini bisa menyelesaikan masalahnya kalau tidak ada kerikil-kerikil cancer (kanker) ini. Jadi ini harus diangkat dulu karena menyelesaikan bangsa ini harus bersama-sama," jelasnya.

Sebagai contoh, kata dia, bagaimana menyelesaikan ekonomi atau penyelesaian Covid-19 kalau selama ini antar masyarakat diadu terus. Menurutnya, ciri khas komunis di seluruh dunia itu adalah cara mengambil kekuasaannya dengan membenturkan unsur-unsur.

"Jadi bagaimana mungkin kita menyelesaikan covid-19 ekonomi politik dan lain-lain sepanjang cancer ini tumbuh, jadi kan ini harus dicabut dulu, dan ini fakta," demikian Adhie Massardi. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA