Bisa Terjadi 'Revolusi' Jika Habib Rizieq Pulang saat Demo UU Cipta Kerja

Bisa Terjadi 'Revolusi' Jika Habib Rizieq Pulang saat Demo UU Cipta Kerja

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Bisa terjadi revolusi jika Habib Rizieq Shihab pulang ke Indonesia saat ramai-ramai demo penolakan UU Cipta Kerja. Momentum ini dinilai tepat.

Hal itu dikatakan Pengamat Politik Tony Rosyid.

sebab saat ini rakyat dari berbagai elemen sedang bersatu menolak UU Omnibus Law atau UU Cipta Kerja.

Gelombang perlawanan rakyat atas lahirnya undang-undang baru itu dan Habib Rizieq Shihab pulang dinilai bisa menguatkan penolakan rakyat pada Omnibus Law.

Tony meakini rencana kepulangan HRS kali ini pasti sudah dikalkulasi. Momentumnya pas saat rakyat sedang bersama tolak Omnibus law.

Halte Transjakarta Bundaran HI terbakar, Jakarta, Kamis (8/10/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Tony mengatakan, saat ini situasinya kekecewaan rakyat berada pada titik paling puncak. Perlawanan rakyat ini beda dengan momen saat penolakan hasil Pilpres, dan sejumlah RUU kontroversial lainnya.

“Jika demo KPU hanya melibatkan pendukung Prabowo, UU KPK dan Minerba melibatkan mahasiswa, UU Corona melibatkan elit intelektual, RUU HIP melibatkan MUI, ormas dan umat Islam, maka UU Omnibus Law Cipta Kerja ini telah menyedot perhatian dan emosi seluruh elemen bangsa. Mulai pelajar, mahasiswa, buruh, kaum akademisi dan umat Islam,” katanya dalam keterangannya.

Kabar kepulangan pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab ke Indonesia jadi perhatian dalam dua hari terakhir ini. Simpatisan FPI menyambut takbir rencana tersebut.

Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel mengatakan Habib Rizieq belum diperbolehkan pulang ke Tanah Air.

Sebab, kata dia, visa kunjungan pria yang acap mengenakan sorban putih itu sudah habis dan statusnya kini sebagai mukhalif atau pelanggar undang-undang.

Lebih lanjut, Tony mengatakan kekuatan buruh yang turun tak bisa dipandang sebelah mata, apalagi ditambah gelombang demonstrasi dari mahasiswa.

Makanya, kata dia, tak heran pemolakan atas Omnibus Law ini menciptakan massa besar dari elemen buruh dan mahasiswa di mana-mana.

“Buruh demo, massa yang turun sangat besar. Mahasiswa demo, jumlah massa yang turun juga sangat besar. Dan 13 oktober kemarin, FPI, PA 212 dan GNPF juga menurunkan massa yang sangat besar. Dan semua demo ini berakhir dengan kericuhan dan penangkapan,” kata dia.

Soal penangkapan beberapa aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Tony menganalisis momentum ini bisa menggandakan perlawanan rakyat dan mahasiswa pada rezim Jokowi.

Nah andaikata demonstrasi menolak Omnibus Law tidak surut usai penangkapan aktivis, menurut Tony, rezim mesti waspada.

Tapi sebaliknya, jika penangkapan aktivis ini kemudian menyurutkan demonstrasi tolak Omnibus Law, maka rezim Jokowi aman.

“Tapi, jika penangkapan terhadap demonstran dan para tokoh tidak mampu meredam demo, tapi sebaliknya, justru mendorong eskalasi demo makin membesar, maka akan menjadi persoalan serius buat rezim saat ini,” ujarnya.

Dalam situasi kekecewaan makin memuncak, pulangnya Habib Rizieq bisa memberi efek kejut, menurut Tony.

Dia mengatakan kekuatan dan kharisma Habib Rizieq, jika pulang ke Indonesia di tengah demonstrasi tolak Omnibus Law, bisa melahirkan revolusi.

“Revolusi ala HRS ‘tidak menutup kemungkinan’ bisa terjadi,” katanya.

Kalau Habib Rizieq mulus pulang ke Indonesia dan mengawali revolusi, janan kaget kalau nanti tuntutannya yaitu Jokowi mundurlah.

Jangankan sebelum Habib Rizieq pulang, kemarin pas demo tolak Omnibus Law pada 13 Oktober 2020 saja, di mobil komandao FPI, tertera spanduk tuntutan Jokowi mundur.

Tiap kali FPI demo, cek saja deh selalu saja ada spanduk nuntu Jokowi mundur. Jadi, kata Tony, jangan kaget lah.

Jika tuntutan Jokowi mundur disampaikan Habib Rizieq secara langsung di tengah massa demonstrasi rakyat, Tony meyakini langkah ini bakal memiliki efek kejut. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita