Samuel Silaen: Bagian Mana Di Negeri Ini Yang Tak Diurus Presiden Jokowi?

Samuel Silaen: Bagian Mana Di Negeri Ini Yang Tak Diurus Presiden Jokowi?

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Bicara romantisme, kehebatan pada zaman dahulu, tentu beda zaman dengan kenyataan hari ini. Tokoh yang hebat pada zaman dahulu, belum tentu hebat pada saat ini.

Siapapun orangnya jika membandingkan situasi saat ini dengan situasi di masa sebelum presiden Joko Widodo (Jokowi), adalah orang yang tak paham perubahan. Jika presiden dahulu mengalami musibah yang terjadi saat ini, mungkin negara ini bubar. Bisa iya, bisa tidak.

Demikian yang dikatakan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F Silaen, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (10/9).

"Saat ini dunia terkapar, bukan hanya terpapar. Indonesia di bawah nahkoda Presiden Jokowi dipersulit situasi karena masyarakatnya 'hipokrit'. Merasa paling tahu soal agama alias merasa suci, saleh, dan paling pintar soal isi kitab-kitab. Banyak tahu soal ajaran agama tapi perilaku tak sesaleh yang diajarkan agama yang dia ketahui," kritik Silaen.

Menurut Silaen, agama jangan digunakan sebagai simbol atau jubah kepintaran semata, namun tindakan atau perilakunya nol besar. Pengetahuan agama jangan hanya di bibir saja, tapi nilai moralitasnya rendah.

Agama dijadikan sekadar pembeda atau tampilan luarnya, agar tidak sama dengan orang lain yang dianggap tak terdidik. Tujuannya supaya dapat menjustifikasi atau memonopoli sebuah kebenaran yang dia ketahui.

"Banyak orang beragama tapi jauh dari perilaku humanis dan beradab. Membandingkan situasi saat ini dengan periode di masa presiden sebelum Jokowi adalah kesia-siaan karena tujuannya menegasikan keberadaan pemerintah. Sebab parameter dan kondisinya berbeda jauh dengan masa sekarang," jelasnya.

Dia menambahkan, "Kalau saja keadaan (Covid-19) ini dipimpin oleh presiden sebelum Jokowi, apa bisa diukur pasti akan bagaimana dan apa yang terjadi? Apakah ada jaminan akan menjadi lebih baik dari masa Jokowi memerintah sekarang ini? Tak ada jaminan bahwa ekonomi, dll akan jauh lebih baik, ada yang bisa jamin?"

Dalam pandangan mata batin Silaen, jika bukan Jokowi yang jadi presiden, musibah Covid-19 yang terjadi sekarang ini mungkin dampaknya jauh lebih buruk.

"Jokowi sudah terpilih menjadi Presiden jilid II. Menurut hemat saya, Tuhan penguasa alam semesta sudah memberikan pemimpin Indonesia yang terbaik dari yang buruk. Keadaan yang buruk (Covid-19) lah menjadikan Jokowi seolah-olah tak baik," papar Silaen.

Manusia yang membandingkan situasi saat ini, lanjutnya, juga akan sama saja pendapatnya nanti di masa purna-nya presiden Jokowi memimpin Indonesia ini. Masa sulit ini bukan saja menghantam ekonomi Indonesia tapi seluruh dunia, itu yang perlu diketahui dan dijadikan bahan perenungan bersama. Bagaimana bersatu-padu memulihkan kembali Indonesia.

"Pertanyaan saya, kalau yang salah urus misalnya provinsi, kabupaten/kota, kenapa juga tidak disuruh mundur oleh elite politik dan lain sebagainya. Bagian mana yang Presiden Jokowi tak urus di negeri ini? Bagian apa pula yang gubernur, bupati, dan walikota tak urus? Kan masing-masing punya lingkup tugas, fungsi dan tanggung- jawab masing-masing kepala daerah," terang Silaen.

"Jadi saya kok semakin bingung melihat situasi gonjang-ganjing ini ditimpakan kepada seorang Jokowi, yang lainnya kemana? Apakah Jokowi ini sajakah yang harus dironrong atau digonggong? Kenapa juga tak dilakukan kepada gebernur dan seterusnya?" sambungnya.

Silaen pun meras lucu dengan para 'penggonggong' Jokowi. Bahkan, mereka dinilai hanya berani kepada Jokowi, tapi tidak kepada gubernur yang notabene sama-sama 'election leader'.

"Ada juga oknum tertentu yang membandingkan kebijakan Gubernur dengan kebijakan Presiden. Presiden kan sebagai Kepala Negara sekaligus kepala pusat pemerintahan, yang notabene presidennya seluruh gubernur dan seterusnya. Ada 34 jumlah gubernur, tapi Presidennya kan satu? Apa karena Jokowi bukan pemilik partai politik," tegas Silaen.

Masih kata Silaen, Presiden Jokowi mengurus seluruh rakyat Indonesia, dari Merauke sampai ke Sabang. Sementara yang diurus Gubernur hanya lingkup birokrasi pemerintah provinsi.

Jadi, di masa pandemik Covid-19 seperti sekarang ini, jika tak dapat membantu pemerintah, minimal tak bikin susah. Itu jauh lebih baik daripada hanya menambah runyam situasi. Intropeksi diri itu jauh lebih baik.

"Demokrasi sih demokrasi, tapi jangan demo-crazy," ujar Silaen. "Musuh kita bersama adalah pandemik Covid-19, ini adalah musuh yang tak terlihat tapi mematikan, mungkin saja nanti akan ada lagi musuh yang lebih ganas, yang kena langsung tewas."

Dalam pandangan Silaen, ujian saat ini tidak sama dengan masa presiden sebelum Jokowi. Jadi tak perlu menyamakan apalagi membandingkannya, terlalu berlebihan.

Kata orang bijak 'setiap masa ada pemimpinnya (orangnya), setiap pemimpin (orangnya) ada masanya'. Itu semuanya sudah ada yang atur, percayalah Tuhan tidak pernah tertidur walau sedetik pun," tandas Silaen. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita