Polemik Pernyataan Puan, Fadli Zon: Jangan Jadikan Pancasila Alat untuk Melakukan Legitimasi Politik!

Polemik Pernyataan Puan, Fadli Zon: Jangan Jadikan Pancasila Alat untuk Melakukan Legitimasi Politik!

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Polemik dari pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani saat membacakan dukungan terhadap salah satu Cagub dan Cawagub Sumbar dari partai PDIP yang maju pada Pilkada 2020 menuai respon pro dan kontra dari sejumlah pihak. Tak terkecuali Fadli Zon, selaku Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) dan sekaligus anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra.

Dikutip dari ancara ILC yang ditayangkan di TV One pada hari Selasa (8/9) malam, Fadli dengan tegas mengatakan bahwa apa yang diucapkan oleh Puan Maharani tidak pantas dan cukup menyakiti perasaan masyarakat Minangkabau. 

"Saya merasa teks yang dibacakan oleh Puan Maharani saat membacakan pengumuman dukungan terhadap salah satu Cagub dan Cawagub Sumatera Barat dari partai PDIP yang maju pada Pilkada 2020 itu sangat tidak pas. Apa yang dikatakan Puan itu menimbulkan multi tafir ditengah masyarakat," sebut Faldi Zon saat berbicara di acara ILC, Selasa (8/9) malam.

Jika dikulik lebih jauh lagi, kata Fadli, di zaman sebelum kemerdekaan, sudah banyak contoh dan bukti yang menyatakan bahwa orang-orang Minang khususnya yang berada diperantauan maupun di Belanda itu sendiri. Mereka juga sudah berpikir mengenai Indonesia merdeka, dan ikut menghela sejarah hingga Indonesia merdeka.  

Dalam acara yaang dipandu oleh Karni Ilyas dengan tema "Sumbar Belum Pancasilais?" tersebut, anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra ini lantas menyebut sejumlah tokoh sejarah berasal dari Sumatera Barat yang menjadi bapak bangsa dan turut merumuskan Pancasila.  

"Jangan lupa, ada tiga orang Minang hebat yakni Mohammad Hatta, Muhammad Yamin dan H Agus Salim di belakang perumusan Pancasila dan UUD 1945. Jangan salah, Bung Hatta juga merupakan salah seorang Proklamator," sebut Fadli.  

Belakangan, sebut Fadli Zon, ada latar belakang yang mengatakan bahwa pancasila ini dijadikan alat untuk melakukan legitimasi politik. Seolah olah dialah yang pancasilais, seolah-olah satu kelompok itulah yang paling pancasilais, sementara yang lainnya itu tidak pancasilais. 

"Jadi Pancasila bukan menjadi alat pemersatu, tapi justru menjadi alat pemecahbelahan. Ini justru sangat berbahaya," ingatnya.

Menurutnya pernyataan itu tidak boleh keluar dari seorang Puan Maharani. 

"Sudah cukup. Terlalu kuat rasanya untuk mengatakan orang Minang itu sangat Pancasilais dan sangat nasionalis. Seharusnya tidak boleh keluar ucapan atau teks seperti yang disebutkan oleh Puan ini," bebernya.

Untuk penyelesaiannya sebenarnya sangat sederhana. "Kalau ditanya ada yang tersinggung, saya yakin banyak yang tersinggung dengan pernyataan itu. Harusnya Puan sendiri yang langsung minta maaf atas pernyataan yang telah dilontarkan," tutupnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita