Nilai 'Perkawinan' Gojek-Grab Diramal Tembus Rp 1.000 T

Nilai 'Perkawinan' Gojek-Grab Diramal Tembus Rp 1.000 T

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Wacana penggabungan atau merger Grab-Gojek kembali memanas. Isu ini pernah mencuat di awal tahun lalu sejalan dengan mundurnya pendiri Gojek Nadiem Makarim yang diangkat menjadi menteri.
Saat itu, sejumlah media asing menyoroti rumor tersebut dengan mengutip sumber. Bahkan, nilai atau valuasi perkawinan dua aplikator terbesar di Asia Tenggara ini juga sempat dihitung.

Tech in Asia misalnya yang mengutip The Information, pada 25 Februari 2020 lalu mengungkap kedua 'musuh bebuyutan' itu masih jauh dari kata sepakat untuk merger. Menurut pemberitaan Tech in Asia itu, perkawinan antara Grab dan Gojek ini masuk akal, bahkan sangat menguntungkan.

Dari perhitungan yang dilakukan Tech in Asia, perusahaan hasil merger itu bisa menghasilkan omzet hingga US$ 16,7 miliar (sekitar Rp 240 triliun) setahun dengan valuasi hingga US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 14.500/US$) di 2025.

Meski begitu, kabarnya masih banyak yang harus dibahas lebih lanjut seperti valuasi perusahaan dan lain-lain.

Selain itu, menurut sumber tersebut, Grab sudah melaporkan ke para investornya jika Gojek minta 50% kepemilikan saham di perusahaan baru hasil 'perkawinan'. Sementara Grab ingin menguasai penuh perusahaan baru ini.

Akan tetapi, melihat sepak terjangnya, kompetisi Grab dan Gojek ini sangat sengit. Kedua operator transportasi online raksasa itu tak segan-segan bakar duit demi memberi subsidi dan promosi kepada pelanggan. Walaupun diprediksi menguntungkan, Manajemen Gojek kala itu membantah kabar merger tersebut.

"Tidak ada rencana merger, dan pemberitaan yang beredar di media terkait hal tersebut tidak akurat," kata Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek dalam keterangannya, Selasa (25/2/2020).(dtk)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA