Efek Corona, Kekayaan Bos Djarum yang Tolak PSBB Anies Ludes Rp196 Triliun!

Efek Corona, Kekayaan Bos Djarum yang Tolak PSBB Anies Ludes Rp196 Triliun!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pandemi virus corona (covid-19) mengganggu pertumbuhan ekonomi global dan merontokkan harga saham maupun komoditas. Otomatis, pendapatan dan bisnis para taipan pun terpuruk, sehingga mempengaruhi nilai kekayaan.

Salah satunya, kekayaan keluarga Hartono pemilik Djarum yang merupakan orang terkaya se-Indonesia kehilangan nilai asetnya hingga 12,65 miliar dollar AS pada tahun ini.

Dengan kurs rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia Rp 15.553 pada Jumat (24/4/2020), aset yang hilang itu mencapai Rp 196,75 triliun.

Data yang dilansir bloomberg.com, hingga 25 April 2020 ini beberapa nama taipan Indonesia yang masuk daftar 500 orang kaya dunia telah mengalami penyusutan harta hingga dobel digit. Budi Hartono dan Michael Hartono, dua bersaudara yang merupakan keluarga terkaya di Indonesia juga harus mengalami penurunan tersebut.

Budi, orang kaya nomor satu di Indonesia dan urutan 126 dunia tercatat memiliki kekayaan 10,7 miliar dollar AS. Jumlah tersebut telah berkurang 6,44 miliar dollar AS dibandingkan awal tahun alias year to date (ytd).

Sementara Michael yang berada di posis 141 terkaya di dunia mencatatkan harta senilai 9,87 miliar dollar AS atau berkurang 6,21 miliar dollar AS ytd.

Pemilik Grup Djarum tersebut mengawali bisnisnya lewat perusaahaan rokok, namun kini Djarum memperluas lini bisnisnya ke sektor properti, perbankan, elektronik, pulp dan kertas, perkebunan, telekonomunikasi hingga yang teranyar merambah industri digital melalui perusahaan modal ventura GDP Venture.

Grup Djarum juga memiliki bisnis properti dan perhotelan. Meskipun lini bisnis utama tak melantai di bursa, setidaknya terdapat dua perusahaan Grup Djarum yang menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Nah, sebagian besar aset yang hilang dari keluarga Hartono tersebut antara lain di BCA. Akhir tahun 2019, harga saham BBCA bertengger di level Rp 33.425 dan memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 816 triliun.

Pada perdagangan Jumat (24/4/2020), harga saham BBCA di level 24.600 dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 606,51 triliun.

Surati Jokowi Tolak PSBB Lagi

Pengusaha kondang Peter F Gontha mengunggah sebuah surat dari bos Djarum Robert Budi Hartono alias Oei Hwie Tjhong ke akunnya di Instagram.

Surat dari orang terkaya di Indonesia itu ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Adapun isi surat itu ialah masukan dari Budi Hartono untuk Presiden Jokowi terkait rencana Gubernur DKI Anies Baswedan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat lagi mulai Senin (14/9).

“Surat Budi Hartono Orang terkaya di Indonesia kepada Presiden RI SEPTEMBER, 2020,” tulis Peter melalui akun petergontha di Instagram, Sabtu (12/9).

Peter dalam unggahannya juga menyertakan sejumlah foto surat dari Budi Hartono. Surat bertanggal 11 September 2020 itu berisi pandangan pemilik Bank Central Asia (BCA) tersebut tentang rencana Anies kembali menerapkan PSBB ketat.

“Menurut kami, keputusan untuk memberlakukan PSBB kembali itu tidak tepat,” tulis Budi.

Lebih lanjut pengusaha kelahiran 28 April 1940 itu juga memaparkan argumennya. Budi menganggap PSBB di DKI terbukti tak efektif dalam menurunkan pertumbuhan angka infeksi.

“Meskipun Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan PSBB tingkat pertumbuhan infeksi masih naik,” sambungnya.

Selain itu, Budi menyebut rumah sakit di DKI Jakarta tetap akan mencapai kapasitas maksimal dengan atau tanpa PSBB. Penyebabnya ialah tidak maksimalnya pemerintah pusat ataupun pemda dalam menyiapkan isolasi mandiri untuk menangani lonjakan kasus.

Oleh karena itu Budi menyodorkan sejumlah usul. Satu, Budi mengusulkan penegakan sanksi terhadap masyarakat yang tidak berdisiplin menerapkan protokol kesehatan di era new normal.

Dua, Budi meminta pemerintah pusat dan pemda bersama-sama meningkatkan kapasitas isolasi. Tiga, pemerintah harus melaksanakan tes, isolasi, tracing (pelacakan) dan treatment (pengobatan).

Empat, perekonomian harus tetap terjaga. Harapannya ialah aktivitas masyarakat sebagai motor perekonomian terus menjaga kesinambungan kehidupan hingga pandemi berakhir.

Budi menambahkan, melaksanakan PSBB yang tidak efektif berpotensi melawan keinginan masyarakat yang menghendaki kehidupan new normal.

“Masyarakat lebih takut kehilangan pekerjaan dan pendapatan serta kelaparan daripada ancaman penularan Covid-19,” paparnya. [] 
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita