Tangguhkan Peninjauan Kesepakatan Dagang, Trump: China Tidak Memperlakukan AS Dengan Benar

Tangguhkan Peninjauan Kesepakatan Dagang, Trump: China Tidak Memperlakukan AS Dengan Benar

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Perseteruan dagang antara Amerika Serikat dan China masih belum menemukan titik penyelesaian meski masa kepemimpinan Presiden Donald Trump hanya tinggal sebentar.

Dalam sebuah kutipan wawancara singkat dengan Fox News yang disiarkan pada Minggu (23/8), Trump mengatakan AS akan "berpisah" dengan China jika negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping tersebut tidak memperlakukan Washington dengan benar.

Mengutip South China Morning Post, Trump mengatakan, AS tidak berkewajiban untuk melakukan bisnis dengan China.

"Karena, Anda tahu kami tidak perlu melakukannya," ujar Trump.

"Itu adalah sesuatu yang jika mereka tidak memperlakukan kita dengan benar, saya pasti akan melakukannya, saya pasti akan melakukannya," sambungnya menegaskan.

Presiden ke-45 AS tersebut juga mengaku, ia secara pribadi sudah membatalkan rencana untuk meninjau kemajuan kesepakatan dagang fase satu yang telah disepakati pada Januari.

Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani oleh Trump dan penasihat ekonomi utama Xi, Liu He disebutkan, pejabat senior dari kedua negara akan melakukan peninjauan enam bulan setelah kesepakatan diterapkan.

Pekan lalu, kementerian perdagangan China mengatakan pembicaraan dagang kedua negara akan dilakukan dalam beberapa hari, namun baik Beijing maupun Washington tidak memberikan konfirmasi.

Pada Juni, Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin mengatakan, pemisahan dapat terjadi jika perusahaan AS tidak diizinkan untuk bersaing secara setara di China.

Berdasarkan ketentuan kesepakatan fase satu, China setuju untuk membeli barang dan jasa Amerika setidaknya senilai 200 miliar dolar AS antara tahun 2020 dan 2021. Perdagangan dua arah antara AS dan China pada tahun 2019 hampir mencapai 559 miliar dolar AS.

Selain terkait perang dagang, ketegangan hubungan antara China dan AS juga diperburuk dengan isu Hong Kong, Taiwan, Laut China Selatan, hingga pandemik Covid-19. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita