Majalah Turki Serukan Pendirian Kekhalifahan Islam Setelah Hagia Sophia Jadi Masjid

Majalah Turki Serukan Pendirian Kekhalifahan Islam Setelah Hagia Sophia Jadi Masjid

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sebuah majalah Turki kemarin menyerukan pendirian Kekhalifahan Islam setelah bangunan bersejarah Hagia Sophia diubah fungsinya dari museum menjadi masjid.

Di sampul depan majalah "Gercek Hayat" atau "Kehidupan Sejati" itu tertulis "Kini Hagia Sophia dan Turki sudah independen. Mari bersama membangun Kekhalifahan."

"Jika bukan sekarang maka kapan lagi. Kalau bukan Anda lalu siapa? Sebagian kalangan menyebut "Anda" dalam kalimat itu adalah seruan bagi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mendirikan kekhalifahan Islam.

Dilansir dari laman Al Arabiya, Senin (27/7), sampul depan majalah itu juga memperlihatkan tulisan kalimat syahadat dalam bahasa Arab.

Awal bulan ini Erdogan mengumumkan berubahnya status Hagia Sophia dari yang tadinya museum dan dirikan sebagai gereja pada abad ke-6 Masehi kemudian sekarang menjadi masjid.

Jumat kemarin Hagia Sophia dibuka secara resmi sebagai masjid dengan menggelar salat Jumat berjemaah yang dihadiri Erdogan dan imam besar Turki sebagai khatib Jumat berkhutbah sambil memegang pedang era Kekaisaran Ottoman.

Erdogan Sang Khalifah

Jurnalis Turki Abdurrahman Dilipak yang menyebarkan sampul depan majalah itu di akun Twitternya mengatakan tahun lalu Presiden Erdogan sudah mendapat gelar "khalifah".

"Kekhalifahan saat ini berada di tangan Presiden Erdogan," ujar Dilipak dalam wawancara Maret lalu, seperti dikutip kantor berita Ahval.

Erdogan selama ini mencitrakan dirinya sebagai pemimpin umat Islam seperti di zaman Kekaisaran Ottoman Turki yang mengklaim gelar khalifah untuk menunjukkan merekalah penguasa dunia Islam.

Istilah kekhalifahan juga dipakai oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk memperlihatkan ambisi mereka menguasai dunia Islam dengan paham ekstrem.

Majalah yang punya kaitan dengan pemerintah

Gercek Hayat adalah majalah mingguan yang punya hubungan dengan pemerintah Turki, seperti dikatakan mantan anggota parlemen Turki Aykan Erdemir.

Perusahaan yang menerbitkan Gercek Hayat memiliki salah satu dari surat kabar pro-Erdogan di Turki yang selama ini "menerima bantuan ekonomi dari pemerintah dan institusi pro-pemerintah lainnya," kata Erdemir yang saat ini adalah direktur senior Program Turki di lembaga peneliti Amerika Serikat Yayasan Pertahanan untuk Demokrasi.

Majalah Gercek Hayat juga punya reputasi dalam mengomentari kaum minoritas agama di Turki seperti Kristen dan Yahudi, kata Eedemir.

Pada Mei lalu kelompok minoritas agama di Turki mengecam majalah Gercek Hayat karena mengaitkan tiga tokoh agama dari rabbi Yahudi, Kristen Ortodoks, dan tokoh Armenia, dengan terorisme.

"Kalau pemerintahan Erdogan serius dengan sikap Gercek Hayat yang menyerang kelompok minoritas agama, maka mereka harusnya menghentikan sokongan ekonomi kepada perusahaan penerbit majalah itu," kata Erdemir. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA