Soal Amarah Jokowi: Gajah di Pelupuk Mata Tidak Terlihat, Semut di Seberang Lautan Terlihat Jelas

Soal Amarah Jokowi: Gajah di Pelupuk Mata Tidak Terlihat, Semut di Seberang Lautan Terlihat Jelas

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kekesalannya kepada jajaran menteri kabinet Indonesia Maju karena persoalan kinerja yang melandai selama pandemi. Namun, hal senada dengan kesalahan para menteri itu ternyata juga didapati pada diri Jokowi.

Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengatakan kebijakan Jokowi yang dinilai tidak serius menghadapi korona juga tampak saat ia kerap memberikan imbauan santai kepada masyarakat. Hal ini menurutnya bukan sikap yang tegas dan awas mencegah virus korona.

Persoalan itu lebih menunjukkan bahwa Jokowi hanya melakukan kritikan satu arah, tanpa mengevaluasi kinerjanya sendiri. Sehingga, hal yang terjadi lebih mirip seperti ungkapan pribahasa "gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut diseberang lautan terlihat jelas".

"Memang lambannya kinerja kabinet ini tidak bisa melulu dilihat sebagai kegagalan para menteri. Saya kira ada sebab dari presiden sendiri yang selalu menekankan agar tidak membuat gaduh. Agar dalam menghadapi Covid-19 ini tak memperlihatkan sikap panik. Bahkan dikesankan sebagai sesuatu yang biasa dan akan dapat kita lalui dengan cara biasa yang dimodifikasi (new normal, red)," kata Ray kepada TeropongSenayan, Senin (29/8).

Menurut Ray, sejak awal presiden menyatakan bahwa Covid-19 telah masuk ke Indonesia, kesan menghadapinya dengan cara biasa tersebut umumnya tertanam dibenak banyak orang. Apalagi, sikap serupa juga diikuti bawahannya, seperti Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang punya beragam pernyataan nyeleneh.

Sebab itu, Ray menekankan evaluasi kinerja para menteri seharusnya juga jadi momen mengevaluasi diri bagi Jokowi. Tak menutup kemungkinan para menteri juga bekerja mengikuti alur kerja Jokowi selama ini.

Selain itu, Ray mengungkapkan gusarnya Jokowi kepada menteri dalam rapat kabinet bukan sesuatu yang baru. Bukan juga sesuatu yang baru jika presiden mengancam akan melakukan reshuffle.

"Sejak periode pertama kepemimpinan beliau, dua hal ini juga pernah terjadi: berkata keras dan menyiratkan akan melakukan reshuffle. Tapi, biasanya hanya berlaku sesaat dan setelah itu akan kembali sunyi," ungkapnya.

Ray menuturkan, kalau pun reshuffle dilakukan, tak selalu seperti yang dimarahkan Jokowi. Ia berpandangan karena hal itu juga, dalam 10 hari setelah Jokowi menyatakan pandangan kerasnya, langkah menteri seperti berlaku biasa saja.

"Dan mungkin karena itu pula lah, rekaman pidato tersebut akhirnya diunggah ke media sosial resmi istana justru setelah 10 hari berlalu. Kalau ada yang baru, unggahan inilah yang baru, yang menandakan bahwa kemungkinan belum ada perubahan signifikan dalam kinerja kabinet," ujarnya.

Menurutnya, adanya peringatan Jokowi untuk melakukan reshuffle bukanlah sesuatu yang tergesa-gesa. Pada periode pertama Jokowi menjabat, ia juga melakukan reshuffle setelah satu tahun masa bakti periode pertamanya. Jadi, kata Ray, ada kemungkinan reshuffle akan dilakukan setelah satu tahun masa periode keduanya. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita