Faisal Basri: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Karena Pemerintah Ambil Utang

Faisal Basri: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS Karena Pemerintah Ambil Utang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat beberapa hari ini terus menguat sampai sempat menyentuh level Rp 13.000. Mengutip data Bloomberg, Rabu (10/6) pagi, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 13.937,50. 

Ekonom Senior Indef, Faisal Basri, mengatakan kondisi tersebut memang menimbulkan optimisme perekonomian Indonesia. Namun, kata dia, rupiah menguat kali ini bukan disebabkan kinerja ekonomi moncer, tapi dipengaruhi banyaknya utang yang masuk ke Indonesia. 

"Jadi harus diingat rupiah menguat adalah refleksi dari pasokan dolar yang meningkat luar biasa masuk ke Indonesia. Dari mana? ya dari utang, global bond itu," kata Faisal saat diskusi secara virtual, Rabu (10/6). 

Faisal membantah kalau ada informasi menguatnya rupiah karena kinerja pemerintah dalam mengatasi dampak virus corona. Menurut dia, tidak ada hubungan kondisi yang terjadi saat ini dan harus terus dilihat dampak berikutnya. 

"Nanti akan kita lihat global bond ini ada yang berupa valas itu 100 persen kan dimiliki asing, kemudian ada setiap periode pemerintah mengeluarkan surat utang dalam denominasi rupiah bunganya tinggi sekali 7 persen, 8 persen," ujar Faisal. 

"Nah itu asing kan sekarang kelebihan likuiditas karena ada dana stimulus ya. Mereka masuk ke Indonesia membeli surat-surat utang pemerintah karena bunganya rendah, tapi bukan untuk tujuan jangka panjang," tambahnya. 

Menurut Faisal Basri, investor asing akan berangsur menjual surat utangnya tersebut dalam waktu dekat dengan memperhatikan kondisi di Indonesia. 

Dia khawatir Indonesia bakal mengalami kesulitan dengan adanya lonjakan masyarakat yang terpapar virus corona karena new normal yang dipaksakan. 

"Pada saat itulah asing mulai menjual bond-nya lagi. Nanti BI harus turun tangan keluarkan cadangan devisa," ungkap Faisal. 

Sehingga, kata Faisal, menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam kondisi saat ini belum membuat tenang. Apalagi, defisit neraca transaksi berjalan masih lebar. 

"Kita yakin rupiah akan menguat secara berkelanjutan tatkala current account-nya sudah positif. Nah sampai sekarang current account Januari, Maret, masih defisit," ujarnya. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita