Ungkap 'Jalan Gelap' Impor Alkes, Kepala BKPM: Saya Dulu Pemain Barang Ini, Tahu Betul Permainannya

Ungkap 'Jalan Gelap' Impor Alkes, Kepala BKPM: Saya Dulu Pemain Barang Ini, Tahu Betul Permainannya

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Hingga saat ini Indonesia masih mengimpor alat kesehatan (alkes). Tidak tanggung-tanggung, data menunjukkan porsi impor Indonesia terhadap alkes sekitar 90 persen dibanding porsi yang mampu dipenuhi industri dalam negeri.

Seperti yang disebutkan Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu bahwa 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat, begitu juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menguatkan hal itu.

“Menyangkut dengan alat kesehatan, saya setuju sekali. Saya dulu waktu pengusaha 90 persen alkes kita ini impor. Ini sengaja memang,” ujar Bahlil dalam rapat virtual bersama DPR, Jakarta, Kamis (23/4).

Ia mengatakan banyak permainan yang dilakukan para stakeholder di sektor alat kesehatan supaya industri ini tidak bisa berkembang di dalam negeri.

“Dari dulu saya juga salah satu pengusaha tahun 2006, itu main barang ini. Aku tahu betul ini barang permainannya bagaimana. Sengaja ini industrinya tidak dibangun,” kisahnya.

Saat ini pihaknya akan mengembangkan industri alat kesehatan dengan cara menarik investor asing seperti yang diinstruksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ia telah melakukan komunikasi dengan beberapa investor dari Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jerman.

“Cari investor yang akan investasi bidang alat kesehatan, minta dari Korea, AS (Amerika Serikat) Jerman dengan negara lain sedang kerjakan,” jelasnya.

BKPM mencatat total realisasi investasi langsung selama kuartal I 2020 mencapai Rp 210,7 triliun.

Investasi tumbuh positif di tengah kondisi perekonomian yang mengalami tekanan akibat pandemi COVID-19 pada tiga bulan pertama tahun ini.

Realisasi investasi tersebut mampu tumbuh 8,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) yang hanya Rp 193,9 triliun.[psid]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita