Andi Arief: FPI Mulai Dipercaya Kelas Menengah

Andi Arief: FPI Mulai Dipercaya Kelas Menengah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Politikus Partai Demokrat, Andi Arief, turut memberikan komentar mengenai polemik surat keterangan terdaftar (SKT) FPI yang kini menjadi pembahasan internal Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Ia mengatakan, pemerintah saat ini sibuk mengadili ideologi warga negaranya.

“Tidak mungkin bisa, tetapi output kekerasan/pemberontakan bisa menjadi dasar. Itu saja diperiksa. Bagi saya FPI adalah perjuangan lumpen/miskin kota yang kini mulai dipercaya kelas menengah karena keadaan dan kekosongan kepemimpinan perlawanan,” kata Andi melalui laman resminya, Sabtu (30/11).

Dia mengingatkan cara Presiden Soekarno yang menempuh jalan damai menyatukan banyak ideologi di BPUPKI. Ia melihat itu sebagai kompromi dasar negara. Kalau itu, Masyumi dan PKI dibubarkan karena dinilai memilih pemberontakan atau keluar batas.

“Adakah yg ingin keluar batas saat ini? Ya itu yg mau priode 3 kali dan pilihan Presiden MPR. Ngakalin,” ujarnya.

Ia mengaku tidak setuju dengan cara-cara negara membungkam kelompok ideologi yang berbeda dengan penguasa. Menurut dia, pengadilan tidak bisa digunakan untuk membungkam ideologi. Mengadili ideologi akan berakhir dengan kesia-siaan atau mustahil.

“Pengadilan hanya bisa dilakukan untuk mengadili pelanggaran hukum, termasuk aksi kekerasan dan pemberontakan, yang dilakukan oleh individu dan atau kelompok” ujarnya.

Andi lalu memberikan pandangannya mengenai eksistensi FPI di tengah masyarakat. Ia menilai organisasi yang dipimpin Habib Rizieq Shihab itu merupakan ekspresi perjuangan masyarakat miskin kota atau lumpen-proletariat.

“Bagi saya FPI adalah perjuangan lumpen/miskin kota yang kini mulai dipercaya kelas menengah karena keadaan dan kekosongan kepemimpinan perlawanan,” kata dia.

Ia lalu membandingkan FPI dengan pengusul masa jabatan presiden ditambah menjadi tiga periode. Bagi dia, wacana itu masih lebih berbahaya daripada kehadiran FPI di tengah masyarakat.

“Mana yang lebih berbahaya, FPI atau para pengusung ide tiga periode jabatan Presiden dan Presiden dipilih langsung MPR? Praktek kekerasan negara berkepanjangan akibat munculnya otoritarian akan dilahirkan oleh twrwujudnya ide kedua,” ujarnya. [ins]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita