Derita Perempuan Uighur di Bawah Tekanan China, Diaborsi Paksa

Derita Perempuan Uighur di Bawah Tekanan China, Diaborsi Paksa

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Perempuan Uighur kini telah menemukan tempat perlindungan baru dari otoritas China tepatnya di seberang perbatasan Kazakhstan, tanah leluhur mereka. Namun mereka masih tetap dihantui oleh kisah-kisah pelecehan yang telah dialami.

Beberapa orang mengaku dipaksa untuk melakukan aborsi di Provinsi Xinjiang yang berpenduduk mayoritas Muslim di China. Sementara lainnya mengaku dipasangkan alat kontrasepsi di luar kehendak mereka saat ditahan.

Lainnya mengaku diperkosa. Sementara banyak yang mengatakan mengalami pelecehan seksual seperti direkam saat sedang di kamar mandi hingga alat vital yang digosokkan dengan pasta cabai.

Tuduhan itu muncul ketika China terus memberlakukan tindakan keras selama bertahun-tahun pada penduduk minoritas Muslim, yang tidak hanya mencakup warga Uighur namun juga warga Kazakh dan kelompok etnis lainnya.

Meski kesaksian tersebut tidak bisa diverifikasi secara independen, namun kelompok-kelompok hak asasi manusia setempat mengatakan hal ini sering terjadi dan pola pelecehan yang lebih luas terhadap perempuan bertujuan untuk membatasi kemampuan mereka untuk bereproduksi.

Pada Desember 2017 lalu, Gulzira Mogdyn, seorang warga etnis Kazakh dan Tionghoa berusia 38 tahun ditahan di Xinjiang setelah berkunjung ke Kazakhstan dan WhatsApp ditemukan di teleponnya. Dia ditempatkan di bawah tahanan rumah dan diperiksa oleh dokter di klinik terdekat, dan ditemukan bahwa dia sedang hamil 10 minggu.

Pejabat setempat mengatakan kepadanya bahwa dia tidak diizinkan memiliki anak keempat. Bulan berikutnya, kata Mogdyn, dokter memotong janin tanpa menggunakan anestesi. Dia masih menderita komplikasi.

"Dua manusia hilang dalam tragedi ini, bayi saya dan saya," kata Mogdyn selama wawancara di pinggiran Almaty, kota terbesar di Kazakhstan.

Dilansir dari Independent, pemerintah Amerika Serikat dan kelompok aktivis HAM memperkirakan bahwa terdapat satu juta hingga tiga juta Muslim telah ditahan di kamp pendidikan ulang Tiongkok sejak 2017. Kebanyakan dari mereka adalah warga Uighur.

Di bawah kebijakan satu anak China, aborsi dan kontrasepsi sangat didukung dan sering ditegakkan, oleh pejabat yang ditugaskan untuk menekan populasi.

Pengecualian diberikan untuk etnis minoritas, yang diizinkan memiliki satu anak lebih banyak dibandingkan dari etnis Han. Kebijakan itu ditinggalkan tiga tahun lalu sayangnya hal itu tidak mencegah langkah baru-baru ini untuk mengekang populasi etnis. [vn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita