Lebak atau Akal Bulus

Lebak atau Akal Bulus

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh M Rizal Fadillah

Pertemuan di Stasiun MRT Lebak Bulus sedikit menghebohkan. Disebut sebagai awal dari rekonsiliasi. Sepertinya Prabowo mengalah dengan pertemuan awal seperti ini. Alasan tentu bisa dibuat. Demi persatuan lah, demi kestabilan berbangsa lah atau lah lah lain yang rasional.  Hanya apapun itu nyatanya kredibilitas Prabowo tentu merosot di kalangan pendukung. Lebak bulus menimbulkan pertanyaan apakah ini bagian dari akal bulus. Siapa yang lebih berakal ?

Akal dominan dan sarana disain ada pada Jokowi, ia yang di tengah tudingan curang kini mendapat pengakuan selamat terpilih dan selamat bekerja. Ini hasil akal itu. Modal besar untuk melumpuhkan gumpalan perlawanan karena pemimpin sudah takluk dan tersedot dalam pusaran. Legitimasi dari tokoh puncak sudah didapat. Loyalis yang tak setuju akan memperlemah kekuatan lawan, perpecahan. 

Akal Prabowo juga berjalan. Ia korbankan reputasi untuk menolong orang orang yang ditahan dan tersandera lawan. Mungkin ia buat efek konflik yang melemah sambil terus mengupayakan langkah hukum MA dan MI. Harapan jika menang di MA atau MI tidak deras lagi perlawanan kubu Jokowi. Jika akal pendek jalan, ya otak atik jabatan untuk teman teman. Bahasa klise rontokkan dari dalam ini yang disebut dengan "political decaying".

Akal rakyat juga berputar dengan kecerdasan ruhani. Tentu lebih tulus. Tak ada kompromi. Bagaimana kecurangan yang ditudingkan dari kemenangan bisa diucapkan selamat terpilih dan bekerja. Akal ini menyatakan kita berjuang bukan untuk atau karena orang tapi idealisme perjuangan. Kedaulatan rakyat yang harus dipulihkan. Tak peduli apakah penghalang kedaulatan itu Jokowi atau Prabowo. Dua duanya adalah pemimpin yang lemah. Atau ada "kekuatan" yang melemahkan. 

Politik terus bergerak. Lebak bulus bukan parameter dari sukses akal bulus. Pertarungan tetap antara kecurangan dengan kejujuran, kezaliman dengan keadilan, oligarkhi dengan demokrasi serta kedaulatan penguasa dengan kedaulatan rakyat. Akal bulus tak pernah menang dan jika menang pun sementara saja. Manusia punya rencana namun Allah pun punya rencana. Rencana Allah yang akan menang. Jangan tertawa dulu para perekayasa politik. Akal bulus tak bisa merontokkan akal lurus dan hati tulus. Kebenaran itu tak terbantahkan, kejahatan mungkin menyerang, ketidaktahuan mungkin melecehkan, tapi pada akhirnya kebenaran itu ada dan terbukti !

"Thruth is incontrovertible, malice may attack it, and ignorance may deride it, but, in the end, there it is" 
(Winston Churchill). 

Bandung 13 Juli 2019 (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita