Politisi Demokrat Ini Sebut Dirinya Dibenci di Tanah Kelahirannya karena Dukung Prabowo

Politisi Demokrat Ini Sebut Dirinya Dibenci di Tanah Kelahirannya karena Dukung Prabowo

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Politisi Partai Demokrat, Jansen Sitindoan mengaku dirinya dibenci di tanah kelahirannya karena memutuskan mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hal ini diungkapkan Jansen saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Malam, Sabtu (8/6/2019).

Mulanya, pembawa acara Putri Viola bertanya soal Demokrat yang menjadi koalisi dari Prabowo-Sandi namun kini menjadi perhatian setelah rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) menangkan paslon Joko Widodo (Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Apakah betul sudah pisah sudah keluar dari koalisi ini, Koalisi Adil Makmur ini?," tanya Putri.

"Mungkin nanti Bang Ray (Rangkuti) yang bisa secara terang benderang menjelaskan itu, karena istilah keluar itu kan penjelasannya itu agak sulit kalau kita lihat timeline pemilu itu," jawab Jansen.

"Begini karena ujung dari pemilu itu kan tanggal 22 kemarin, tanggal 21 lebih tepatnya karena hasil rapat pleno pileg dan pilpres itu kan diputuskan KPU dini hari itu kan, apakah pasca tanggal 21 itu bangunan koalisi itu sudah selesai atau belum begitu ataukah masih ada kan begitu, mungkin Bang Ray itu sebagai pengamat pemilu bisa menjelaskan itu."

Namun, saat ini Demokrat dianggap Jansen masih fokus pada proses pemilu yakni megajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Tetapi yang pasti begini yang saya pahami itu pemilu itu tidak seperti kita buat pesta, selesai pesta selesai acara panitia itu membuat lagi panitia pembubaran gitu lah, panitia pembubaran koalisi saya belum pernah tahu itu dalam sejarah pemilu kita ada panitia yang khusus dibuat khusus membubarkan koalisi begitu," ujar Jansen.

"Tapi yang kami pahami per saat ini Partai Demokrat juga masih ikut satu lagi tahapan pemilu kita di MK."

Namun, fokus Demokrat lebih condong ke pemilihan legislatif.

"Partai di MK saat ini mengajukan 77 gugatan terkait hasil pileg, artinya per saat ini fokus Demokrat masih di pemilu, tapi di pileg," katanya.

"Nanti teman-teman dari 02 dari BPN juga mengajukan gugatan itu ke Mahkamah Konstitusi butuh saksi dari Demokrat misalnya, misalnya ada tuduhan kecurangan."

"Kalau sekarang kan BPN main di narasi politik atas itu dalam tanda kutip dia bukan politik mikro."

"Kita kan berfikir kemarin klaim kemenangan 62 persen yang kemudian turun jadi 54 persen itu ada katanya profesor Laode yang hadir penghitungan itu akan dihadirkan kan, jadi artinya data-data, angka-angka C1 per TPS, hasil rapat pleno kabupaten kota, kecamatan, provinsi itu yang akan dimunculkan, ini kan tidak kan, yang dimainkan kemarin kan 'korupsi politik' artinya kan isu besar begitu."

"Kalau misalnya nanti teman-teman BPN yang sekarang sedang megajukan gugatan di MK butuh saksi dari Partai Demokrat misalnya, eh kami mengidentifikasi ada kecurangan di Kabupaten Barito misalnya yang tahu itu kader Partai Demokrat, silakan kontak kami."

"Hanya sebatas itu?,' tanya Putri.

Jansen lalu menjawab bahwa proses menjadi saksi dari kader Demokrat diberikan berkaitan dengan gugatan yan diajukan Prabowo-Sandi ke MK.

Menurut Jansen, hal itu sudah sewajarnya diberikan Demokrat sebagai partai koalisi dari Prabowo-Sandi.

"Ini kan kaitannya dengan MK, kita bicara tahapan pemilu ini, tahapan pemilu yang tersisa kan MK kita bicara pembuktian itu, memang teman-teman 02 minta apalagi dari Demokrat?,'' tambahnya.

Lalu Jansen mengatakan dirinya bersama Demokrat telah berjuang keras untuk menangkan Prabowo-Sandi walaupun di ujung penghitungan masih tetap kalah.

"Kalau bicara 8 bulan kemarin (masa kampanye) sudah habis-habisan Partai Demokrat ini."

Selain itu, Jansen Sitindaon secara pribadi juga telah menghabiskan banyak tenaga serta cara untuk mendukung Prabowo-Sandi.

Namun, akhirnya Demokrat menjadi partai koalisi yang mengalami penurunan suara di pemilihan legislatif (pileg).

Penurunan suara Demokrat dianggap pemilih dari kaum minoritas untuk Demokrat beralih dukungan karena isu politisasi agama yang kencang terdengar dari kubu 02.

"Saya sendiri habis-habisan, bahkan Partai Demokrat itu satu-satunya Partai di koalisi 02 yang mengalami penurunan suara cukup signifikan karena isu politisisasi agama yang cukup keras itu tadi, khilafah segala macam yang paling kena dampak itu Partai Demokrat," ujarnya.

"Kami kehilangan kursi misalnya di Sulawesi Utara. Kami hilang kursi di Babel, kami hilang kursi di Bali, politik identitas, jadi ada 2 juta pemilih Demokrat minoritas yang kemudian lari karena mereka mepersepsikan ini serius benar ini dukung Prabowo begitu lah, ini serius benar."

"Memang tidak serius?," sahut Ray Rangkuti selaku pengamat politik.

"Sangat serius, ini makanya ada tuduhan di luar sana Partai Demokrat tidak serius? Kok enggak melihat sih?," jawab Jansen.

Bahkan, Jansen rela dirinya dibenci di kampung halamannya dan hanya diberi 1.000 suara untuk pileg karena Demokrat memutuskan untuk berkoalisi dengan Prabowo.

"Saya ini habis-habisan 8 bulan kemarin, saya ini bukan hanya tidak dipilih orang di kampung saya ini, malahan dibenci, tempat lahir saya itu hanya memberikan 1.000 suara ke saya karena saking bencinya saya mendukung Pak Prabowo," tambahnya.

Lihat videonya mulai menit ke 3:50



[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita