Kubu Jokowi Pasang Strategi Perang Total, Ini Kata Pengamat

Kubu Jokowi Pasang Strategi Perang Total, Ini Kata Pengamat

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai ada dua kemungkinan yang menjadi alasan kubu calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi mulai melancarkan strategi kampanye perang total.

Pertama, menurut dia, hal ini dilakukan karena elektabilitas Jokowi yang masih stagnan dan belum mengunci titik aman. "Logika survei, petahana minimal 60 persen elektabilitasnya. Jokowi cuma stabil di kisaran 54-56 persen sampai saat ini," ujar Adi saat dihubungi Tempo pada Kamis, 14 Februari 2019.

Alasan kedua, hal itu bisa jadi sebagai upaya mengejar target 70 persen, sehingga menggunakan strategi perang terbuka.

Rabu malam, 13 Februari 2019, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Moeldoko menyatakan bahwa saat ini timnya akan bermain strategi kampanye perang total. Namun, Kepala Staf Kepresidenan ini membantah strategi itu digunakan akibat elektabilias Jokowi yang cenderung stagnan, padahal sudah memasuki 62 hari menuju hari H pencoblosan pemilihan presiden 2019.

"Enggak (karena stagnan). Perang total ini karena kami tidak ingin menang dengan persentase rendah. Kami ingin optimum. Target yang kami harapkan masih 70 persen," ujar Moeldoko di Markas TKN, Gedung High End, Jakarta pada Rabu, 13 Februari 2019.

Moeldoko menjelaskan, perang total yang dimaksud, yakni menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki dengan optimal, mulai dari partai politik, relawan, dan seluruh elemen yang mendukung paslon 01. "Kami mengenali kekuatan kami dan akan menggunakannya secara optimum untuk melakukan penetrasi terhadap segmen yang menjadi prioritas," ujarnya.

Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Erick Thohir menambahkan, perang total bukan berarti kubunya menggunakan segala cara untuk menang. "Jangan dimaknai begitu. Perang total bukan berarti di bawah (akar rumput) menghalalkan segala cara," ujar Erick di lokasi yang sama.

Ia menjelaskan, timses melakukan mapping satu per satu wilayah untuk memastikan kemenangan. "Dan Alhamdulillah kami sudah menang (sampai saat ini). Tapi tidak boleh dianggap remeh, kita bisa jatuh karena batu kerikil," ujar pemilik usaha Mahaka Group ini.

Menurut hasil survei LSI Denny JA, elektabilitas Jokowi cenderung stagnan selama lima bulan pasca-penetapan calon presiden dan calon wakil presiden. Adapun elektabilitas Jokowi pada Agustus 2018 sebesar 52,2 persen. Pada Januari 2019, elektabilitas Jokowi hanya naik tak sampai 3 persen yakni menjadi 54,8 persen. [tco]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita