Viral di Medsos, Tukang Pijat Ini Jadi “Calon Presiden” Nomor Urut 10

Viral di Medsos, Tukang Pijat Ini Jadi “Calon Presiden” Nomor Urut 10

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Setelah menjelma jadi calon presiden (capres), Nurhadi, tukang pijat asal Kudus mendadak viral di media sosial (medsos). Bersama pasangannya Aldo Suparman, ia mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres-cawapres nomor urut 10.

Kehadirannya disambut baik oleh sejumlah masyarakat Indonesia. Bahkan, ia digadang-gadang menjadi penyegar di tengah panasnya situasi politik antar kedua kubu capres sesungguhnya.

Tak ada yang spesial dari penampilan Nurhadi, tukang pijat asal Kudus yang mendadak viral di media sosial. Meskipun telah mendeklarasikan diri menjadi calon presiden guyonan nomor urut 10, ia masih tampak seperti seorang tukang pijit pada umumnya. Tak ada kemeja rapi ataupun sepatu pantofel yang melekat di tubuhnya. Hanya ada kaos oblong putih dengan celana panjang berwarna biru dongker.

Nurhadi, calon presiden (capres) guyonan nomor urut 10 menunjukkan meme di media sosial (medsos) tentang dia di tempat praktik pijitnya di Pasar Brayung kemarin.

Saat bertandang di tempat praktiknya yang berada di salah satu kios di Pasar Brayung, pria kelahiran Kudus, 10 Agustus 1969 itu, menyambut Jawa Pos Radar Kudus dengan ramah. Hal ini sejalur dengan guyonan renyah yang selalu disampaikan melalui meme yang diposting di akun medsosnya.

Sosok Nurhadi memang cukup menghibur. Dari perbincangan kami pagi kemarin, ia sering menyelipkan humor yang selalu bisa menyegarkan suasana. Tak heran jika kehadirannya bersama Aldo Suparman bisa diterima baik dan menyedot perhatian masyarakat Indonesia.

Hal ini terbukti dalam fanspage akun Facebook Nurhadi-Aldo angka pengikutnya sudah mencapai 92.533. Dan jumlah itu, masih terus bertambah hingga hari ini. Sementara di akun Twitter-nya followers sudah lebih dari 26k (26 ribu). Akun instagramnya memiliki lebih dari 95k pengikut. Padahal akun itu baru dibuat pada 24 Desember 2018 lalu.

”Saya sama sekali tak ada kepikiran untuk menjadi calon presiden. Meskipun itu guyonan saja lho,” ujarnya.

Kejadian terpilihnya ayah empat anak itu menjadi capres guyonan itu, bermula ketika ada salah seorang pria asal Sleman, Jogjakarta, menghubunginya. Pria yang disebutnya bernama Edwin itu, meminta ia menjadi capres. Tawaran tersebut tak lantas diterimanya. Sebab, ia juga tak tahu alasan mengapa harus ia yang dipilih. Selain itu, ia juga mengaku tak mengenal sosok Edwin sebelumnya.

”Saya dihubungi sekitar akhir Desember lalu. Saya tanya, kenapa saya? Kok nggak yang lainnya?” kata pria yang sudah 15 tahun menjadi tukang pijit itu.

Pria yang tinggal di RT 6/RW 4, Desa Golantepus, Kecamatan Mejobo, Kudus, itu bercerita, dia dipilih karena Edwin nge-fans dengan sosoknya. Nurhadi juga dirasa cukup menginspirasi dan menghibur bagi warganet.

Ini dilihat dari beberapa postingannya di akun Facebook maupun Twitter pribadinya. Tak hanya itu, pengikut yang juga cukup banyak juga menjadi pertimbangan Edwin memilihnya menjadi capres yang diusung Partai Untuk Kebutuhan Umat.

”Saya belum pernah ketemu sama Mas Edwin. Selama ini hanya kontak-kontakan lewat Whatsapp. Termasuk Aldo (wapres-nya) juga saya sendiri tidak tau itu siapa,” katanya sambil terkekeh.

Dengan motivasi untuk menghibur masyarakat di tengah panasnya situasi politik yang sedang terjadi saat ini, ia lantas mengiyakan tawaran itu. Selama itu tidak melanggar norma dan agama ia tidak masalah.

Terkait tagline ”tronjal-tronjol maha asyik”, ia menyebutnya berawal dari guyonan di facebook-nya. Meskipun guyonan, namun tagline tersebut tetap memiliki nilai filosofis. Ia menganggap tronjal-tronjol merupakan bentuk cerminan orang yang tidak bisa mengendalikan otaknya.

”Orang yang bodoh tidak sopan sukanya asal bunyi kalau ngomong. Saya sering membuat kata yang saya artikan sendiri. Seperti DPR saya artikan sebagai Dewan Penyamun Rakyat,” terangnya.

Tak hanya tagline yang memiliki nilai filosofis, angka 10 yang dipilih sebagai nomor urut juga memiliki cerita yang panjang. Ia mengibaratkan angka 1 itu Tuhan. Dan angka 0 itu sebuah keikhlasan. ”Cintai Tuhan, ikhlaskan semua amalan,” cetusnya.

Terkait dampak viralnya dirinya sebagai capres, ia mengaku sangat besar. Meskipun sebagian besar menerimanya bahkan mengidolakannya, namun ada beberapa juga yang tak suka. Namun ia menyikapinya dengan santai.

”Sebaik apapun yang kita lakukan tidak semua orang senang. Kewajiban saya melakukan yang terbaik dan menghormati orang lain, bukan ingin dihormati orang lain. Tapi saya menikmatinya. Saya senang teman saya menjadi banyak,” ungkapnya.

Keluarga terutama anak-anaknya awalnya sempat tidak terima dengan meme-meme yang beredar. Hal itu sempat membuat anak-anak Nurhadi tersinggung, karena merasa ayahnya dihina. Namun, pria berkumis lebat itu, berhasil memberikan penjelasan kepada mereka. ”Saya beri penjelasan, bahwa dunia medsos memang begitu. Sebaik apapun yang kamu lakukan tak semua orang menyukai. Bapak sudah menerima. Merekapun paham,” ucapnya.

Dampak lain yang didapatnya, kini semakin banyak yang mengirimi pesan. Tiap hari ratusan pesan masuk di ponselnya. Baik itu hanya bersapa hingga yang serius ngajak kopdar. Beberapa waktu lalu, seseorang dari Sulawesi datang ke Kudus hanya untuk menemuinya. ”Ada beberapa yang menawari jadi tim sukses. Tapi ya males. Saya cukup jadi tukang pijet saja. Kalau sampean kesel tak pijeti, kalau stres tak pijeti,” imbuhnya lalu tertawa.

Ditanya terkait pilihan capres, ia mengaku sudah memiliki. Namun siapapun yang terpilih, ia berharap bisa menjadi pemimpin yang amanah dan adil. Ini berlaku tak hanya capres dan cawapres, tapi juga kroni-kroninya. ”Saya pesan kepada masyarakat jangan golput. Karena golput hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh,” pesannya.

Ia menyebut, nasib capres guyonan ini akan semakin luar biasa kedepannya. Hingga saat ini, tetangganya sendiri tak banyak yang tahu kalau dirinya menjadi capres. Meskipun hanya guyonan di medsos. [jpc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita