Said Aqil Harus Cabut Pernyataan di Harlah Muslimat NU

Said Aqil Harus Cabut Pernyataan di Harlah Muslimat NU

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pernyataan KH Said Aqil Siroj pada Hari Ulang Tahun Muslimat NU di Jakarta, Ahad (27/1/19) mendapat tanggapan dari berbagai tokoh.

Salah satunya dari Dr H Anwar Abbas MM MAg. Dia berpesan apa yang disampaikan ini adalah pendapat pribadi, bukan sebagai Sekjen MUI atau Ketua PP Muhammadiyah.

Berikut adalah pernyataan lengkapnya.

Pernyataan KH Said Aqil Siroj bahwa imam masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Menteri Agama, harus dari NU—kalau dipegang selain NU salah semua—sangat kita sesalkan.

Pernyataan tersebut jelas tidak mencerminkan akal sehat. Saya yakin pernyataan ini adalah sikap pribadi dari Said Aqil Siroj dan bukanlah dari NU.

Karena kalau ini juga menjadi sikap NU maka negeri ini akan ada dalam bahaya. Untuk itu saya meminta Said Aqil Siroj untuk menarik ucapannya agar negeri ini tidak rusuh karena ucapannya tersebut jelas-jelas sangat mengancam persatuan dan kesatuan umat.

Saya dengan Slamet Effendy Yusuf Wakil— Ketua Umum PBNU pada masa almarhum aktif di MUI—salah satu misi yang kami sepakati dan ingin kami usung adalah bagaimana mempersatukan umat.

Kita boleh saja berkelompok-kelompok dalam organisasi masing-masing tapi di antara kita harus ada persatuan dan kesatuan. Dan salah satu yang merusak persatuan dan kesatuan selama ini, kata beliau, adalah hebat dalam tambah kali dan kurang tapi lemah dalam bagi-membagi.

Oleh karena itu kita harus memulai persatuan dan kesatuan ini dari MUI, yang kata beliau, tidak boleh hanya diisi oleh satu dua ormas saja tapi harus mencerminkan kebhinnekaan umat. Kita harus usahakan agar elemen-elemen umat terwakili dalam MUI ini.

Oleh karena itu dalam melengkapi pengurus-pengurus MUI terutama untuk komisi-komisi badan dan lembaga yang ada di MUI, kata beliau, pengurus-pengurus tersebut kita lihat dari tiga sisi yaitu kompetensi, integritas, dan representasi atau keterwakilan dari ormas-ormas Islam yang ada dan elemen-elemen masyarakat.

Tetapi apa yang hendak dilakukan oleh Said Aqil Siroj adalah untuk mengambil dan meraup semua jabatan dan posisi yang ada di negeri ini untuk NU. Dan apa yang dia katakan itu tampaknya bukanlah keseleo lidah tapi sudah beliau kerjakan dan itu terlihat dari komposisi pejabat yang ada di Kementrian Agama.

Baikkah ini? Jawabnya adalah tidak. Dan skenario ini harus dihentikan kalau anak-anak bangsa ini masih mau negeri ini aman damai dan tentram.

Untuk itu saya meminta Saudara Said Aqil Siroj untuk meminta maaf kepada umat Islam karena saya yakin dan percaya itu bukan sikap NU, karena yang saya sendiri menjadi Sekjen MUI bukanlah keinginan saya tapi adalah keinginan dari Saudara Slamet Effendy Yusuf Wakil Ketua Umum PBNU waktu itu yang menyatakan karena kita mengusung persatuan dan kesatuan umat dan Ketua Umum MUI adalah KH Ma’ruf Amin dari NU maka Sekjennya harus dari Muhammadiyah dan itu adalah Anda.

Saya menolak tapi karena waktu sudah mendesak sementara Ketua Umum dan Sekjen harus diumumkan maka dengan terpaksa saya menerima jabatan tersebut. Demikianlah Saudara Slamet Effendy Yusuf salah seorang kader NU yang militan, mantan Ketua Umum GP Anshor mengimplementasikan persatuan dan kesatuan dan itu tampaknya hendak dikoyak oleh Said Aqil Siroj.

Umat dan bangsa harus berhati-hati dengan ide yang membahayakan ini. Sebagai pemimpin umat, Ketua Umum PBNU, organisasi Islam besar di Indonesia, terasa aneh jika Said Aqil Siroj berpandangan begitu. Sebab, negeri ini multietnik, multikultur, dan multiagama.

Semua orang, apapun agama, golongan, dan etniknya berhak hidup dan memperoleh jabatan publik di negeri tercinta. Karena itu, janganlah pemimpin ormas keagamaan berpandangan antikebhinnekaan dan provokatif seperti itu. Pada tahun-tahun politik, para pemimpin informal justru harus menghadirkan pernyataan yang menyejukkan dan mengayomi umat. [swa]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA