Presiden Filipina Duterte: Saya Bukan Katolik, Saya Islam

Presiden Filipina Duterte: Saya Bukan Katolik, Saya Islam

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte tidak henti membuat kontroversi dengan pernyataannya. Kali ini, dia mengaku sebagai orang Islam, bukan Katolik.

Pernyataan ini disampaikan Duterte sebelum referendum Mindanao untuk menentukan otonomi Bangsamoro atau Undang-undang Organik Bangsamoro (BOL), Jumat malam pekan lalu, seperti dikutip The Manila Times, Minggu (20/1). Namun, gaung kontroversinya masih terdengar sampai sekarang di Twitter.

Ketika itu, Duterte tengah berpidato di tengah warga kota Cotabato yang mayoritas Muslim. Duterte mengatakan bahwa dia bukan Katolik, bahkan mengkritik kepemimpinan umat Katolik, dan mengatakan bahwa dia Islam.

"Ada bagian dari diri saya yang sebenarnya Islam. Bahkan saya dan para pendeta gila itu bertengkar, saya bukan Katolik. Saya Islam. Itu benar," kata Duterte.

Duterte kemudian mengucapkan kata-kata Islami, seperti insyaallah dan bertakbir ketika mengomentari referendum yang merupakan hasil negosiasi puluhan tahun antara pemerintah dan separatif Moro, MNLF.

"Tuhan pasti sangat baik kepada kita. Fakta bahwa kita mencapai titik ini setelah bertahun-tahun negosiasi dan interupsi. Kita ada di sini. Insyaallah. Allah maha besar. Allahu Akbar," kata Duterte.

Komentar ini menuai kritikan dari para netizen di Twitter. Mereka mengatakan, bahwa Duterte merasa memiliki keturunan Mindanao sehingga sebagian dirinya Islam. Padahal, Islam itu bukan soal keturunan, tapi keyakinan.

"Islam soal keyakinan dan pelaksanaan. Bukan berdasarkan darah, karena Duterte mengira dia punya sedikit darah Maranao," kata Yusuf Ledesma di Twitter menyebut Maranao, suku Muslim di Mindanao.


Dalam kritikan lainnya, netizen memperlihatkan gambar-gambar Duterte yang beribadah di gereja dan masih memakan daging babi. Hal ini, kata mereka memperlihatkan Duterte tidak bisa dipercaya.



Sebelumnya, Duterte memang kerap mengucapkan kata-kata buruk kepada para pemuka Katolik di negaranya. Katolik adalah agama mayoritas di Filipina. 

Awal bulan ini, Duterte bahkan menyebut uskup di Filipina sebagai "anak sundal" karena mengkritik kebijakan anti-narkobanya yang menewaskan ribuan orang. Pekan lalu, Istana Malacanang meminta para pemimpin gereja Katolik untuk tidak ikut campur dalam cara Duterte memerintah.  [kumparan]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita