Menjalar Via Pos, Siapa di Balik 'Indonesia Barokah'?

Menjalar Via Pos, Siapa di Balik 'Indonesia Barokah'?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Tabloid 'Indonesia Barokah' bermuatan isu seputar pasangan calon presiden dikirim ke sejumlah daerah melalui pengiriman Pos. Tabloid itu dialamatkan ke masjid-masjid. Siapa yang mengirim?

Bawaslu Banten memperkirakan ada 1.000 eksemplar tabloid 'Indonesia Barokah' di Kota Serang dan Kabupaten Serang. Tabloid ini mulai disebar ke pesantren dan masjid pada Rabu (23/1) melalui PT Pos Indonesia.

Komisioner Bawaslu Banten Bidang Pengawasan Nuryati Solapari mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Pos untuk menghentikan pengiriman. Pagi tadi saja, katanya ada 10 paket yang isinya 1.000 eksemplar yang belum dikirim untuk ke Kecamatan Cikande, Kopo, Padarincang, dan beberapa wilayah lain di Serang.

Selain di Banten, tabloid itu dikirim ke daerah lain di Jawa. Pengirimannya juga melalui Pos.

Di tabloid tersebut tertulis alamat redaksi berada di Jalan Kerenkemi, Rawa Bacang, Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi. Lewat aplikasi Google Maps, detikcom meluncur ke Jalan H Kerenkemi, tepatnya di RT 007 RW 013, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, sesuai titik koordinat. 

detikcom bertanya ke sana-kemari, warga setempat mengaku tidak tahu alamat redaksi tabloid yang dimaksud. Menurut salah seorang warga bernama Tati, ada sejumlah orang yang juga mencari alamat redaksi tabloid 'Indonesia Barokah'. 

"Sudah banyak yang nyari. Dari kemarin sudah ada empat orang yang nyari juga. Tapi kita nggak tahu yang nyari ini siapa kemarin. Dan kita nggak tahu mereka siapa yang bikin tabloid ini," ujar Tati.

Saat dimintai konfirmasi nama-nama dewan redaksi di tabloid 'Indonesia Barokah', Tati juga mengaku tidak tahu. Termasuk pemimpin umum tabloid tersebut, yang tertulis Moch Shaka Dzulkarnaen.

Warga Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, merasa geram karena wilayahnya dicatut untuk kampanye negatif. Ketua RT 007 RW 013, Sarsono menegaskan alamat tabloid tersebut fiktif.

"Jadi begini, bagi saya orang yang cantumin ini (alamat) provokator, pengecut, ini fiktif. Kenapa saya bilang fiktif, karena saya dipilih warga kan jadi biar menjaga keamanan, bisa damai. Kalau tabloid ini kan pengacau negara, sudah melebihi PKI, ini mengacau doang tapi pengecut, nggak berani tampilkan alamat yang jelas," ujar Sarsono di rumahnya. [dtk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA