Prabowo Ungkit Kekalahan di Pilpres 2014: MK Tak Mau Buka Bukti Kami

Prabowo Ungkit Kekalahan di Pilpres 2014: MK Tak Mau Buka Bukti Kami

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, menuturkan masyarakat punya hak untuk mengganti presiden di negara demokrasi. Dia kemudian membahas ketika Sukarno dan Soeharto memutuskan mundur saat masyarakat ingin pergantian pemimpin negara.

"Demokrasi berarti rakyat berhak mengganti pemimpinnya kalau rakyat menghendaki. Kenapa harus ribut ganti pemimpin. Kalau pengemudi taksi kelihatannya salah jalan terus, apa nggak lebih baik diganti?" kata Prabowo di Sentul International Convention Center, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/12/2018).

"Saudara-saudara, proklamator kita, pendiri bangsa kita, Bung Karno, tahun '65 kalau dia mau terus bertahan, Indonesia bisa perang saudara. Beliau memilih turun, Indonesia bisa semangat. Kita di sini banyak angkatan 66 di sini, saksi sejarah bahwa rakyat masih banyak kalau yang cinta dengan Bung Karno. Kalau Bung Karno ini pikirkan kekuasaan bisa saja beliau, katakan pilih Soeharto atau Sukarno. Pak Harto juga demikian, saya saksinya," lanjut dia.

Prabowo kemudian mengungkit kekalahannya di Pilpres 2014. Dia merasa saat itu pihaknya tidak diperlakukan dengan baik oleh Mahkamah Konstitusi karena tidak mau membuka bukti yang dimilikinya.

"Satu minggu demonstrasi beliau langsung turun. Apa yang saya katakan. Saudara-saudara, personalitas saya mohon dan imbau janganlah memaksakan kehendak rakyat. Marilah kita hormati apa pun keputusan rakyat. Saya sudah buktikan tahun 2014 sebetulnya pihak kami merasa diperlakukan dengan tidak benar. Hakim-hakim MK tidak mau buka bukti-bukti yang kami bawa," jelasnya.

Meski begitu, Prabowo akhirnya mengakui kekalahannya. Dia mengatakan tetap hadir dalam pelantikan presiden terpilih, Joko Widodo.

Ketum Gerindra itu melanjutkan penjabarannya soal demokrasi. Prabowo menyatakan wujud demokrasi adalah menggunakan hak suara di pemilu nanti.

"Ada yang nggak pernah datang kalau lawannya dilantik. Kasih tangan aja nggak mau. Demokrasi wujudnya adalah nyoblos surat suara dimasukkan ke kotak. Itu demokrasi. Jadi pak gubernur bicara sepak bola. Kalau kita diajak main sepak bola, kita sudah tahu wasitnya berpihak, kita hakim garisnya berpihak untuk apa kita ikut," tuturnya.

Lebih lanjut, Prabowo juga menyoroti pemerintah yang melakukan intimidasi kepada ulama. Contoh yang disebutkan Prabowo ialah kasus Habib Rizieq Syihab. Atas dasar itu, Prabowo mengingatkan kadernya untuk menggunakan demokrasinya di pemilu untuk menentukan pemimpin selanjutnya.

"Apakah salah kata, ingin rakyat kita hidup sejahtera. Kenapa kita harus tunduk-tunduk, kenapa harus diam diintimidasi, kenapa pemimpin kita maunya ditakut-takuti. Habib Rizieq difitnah, negara macam apa, Mbak, nanti diserang oleh preman. Tapi preman itu ada yang beking, mobil beliau dibakar, apa negara ini yang kita inginkan. Saudara-saudara sekalian, sebagai jalan terbaik demokrasi, artinya rakyat yang berkuasa, demokrasi artinya rakyat tentukan pemimpin-pemimpinnya," kata Prabowo. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita