Potret Pengungsi asal Palestina, Jualan di Trotoar Stadion Pakansari Bogor

Potret Pengungsi asal Palestina, Jualan di Trotoar Stadion Pakansari Bogor

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Biasanya masalah yang kerap dihadapi pengungsi adalah berhadapan dengan petugas imigrasi. Tetapi lain halnya dengan pengungsi satu ini. Dia sering berurusan dengan polisi pamong praja atau Satpol PP.

Adalah Omar al-Qadih, pria berkebangsaan Palestina berusia 42 tahun ini mengungsi dari Suriah.

Setiap malam Omar beserta istrinya, Amal, berjualan nasi kebuli khas Palestina di atas trotoar pelataran Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Tepatnya di Gerbang Utara 2.

Belasan kotak nasi kebuli ayam digelar Omar di atas selembar terpal. Dia juga menempelkan dua poster di tembok tempat dia dan istrinya bersender. Satu poster bergambar bendera Palestina, satu lagi bertuliskan: “Makanan Palestina Baba Omar”.

Omar berjualan sehabis isya hingga pukul 12 malam. Pasangan itu juga membawa bayi berusia sekitar 7 bulan bernama Abdurrahman.

Sebenarnya Omar ingin berjualan sejak sore. Tetapi Satpol PP hanya mengizinkan Omar dan para pedagang kaki lima untuk berjualan di sana setelah isya.

“Kalau setelah isya sudah tidak banyak orang. Hanya akhir pekan saja bisa ramai hingga malam,” kata Omar.

Pada hari kerja, Omar hanya menjual 3 hingga 5 kotak nasi saja. Pada akhir pekan baru dia bisa menjual habis dagangannya.

Tiap kotak nasi kebuli dia jual seharga Rp30.000. Isinya nasi kebuli beraroma rempah yang khas, bertabur bawang bombai dan kismis, serta sepotong daging ayam.

Jika dihitung-dihitung, hasil jualannya di pinggir jalan memang tidak mencukupi untuk menghidupi dirinya dan keluarga. Apalagi Omar juga punya empat anak perempuan yang dia tinggalkan di rumah kala dia berjualan.

“Allah yang mencukupi kebutuhan kami,” ujar Omar sambil tersenyum.

Rupanya usaha yang dia rintis sejak setahun lalu ini sudah cukup dikenal orang. Dia sudah cukup banyak menerima pesanan. Rata-rata dia bisa mendapat pesanan hingga 50 kotak per hari.

Seorang netizen mengunggah video saat Omar dan keluarganya berjualan. Ini videonya:


Status pengungsi ganda

Omar berasal dari Kota Hebron al-Khalil di Palestina. Saat berusia 3 tahun, Israel merampas rumah dan tanah keluarganya. Mereka terusir dan mengungsi ke Suriah, di Kamp Pengungsi Yarmuk di Damaskus.

Mereka sempat bertahan di Golan menunggu untuk kembali ke Palestina, tetapi hal itu tidak kesampaian.

Dua tahun lalu dia keluar dari Suriah karena tak lagi mampu bertahan dari serangan dan blokade rezim Suriah terhadap daerah-daerah Suriah yang dikuasai oposisi. Satu anak laki-lakinya tewas. Begitu juga ayah dan sejumlah kerabatnya.

Ibu dan beberapa saudara kandungnya juga tidak ketahuan kabarnya.

Omar dan keluarga sempat mengungsi ke Beirut, Lebanon.

Dari sana dia membayar jasa agen untuk membawanya ke Australia.

Tetapi Omar ditipu oleh sang agen dan terdampar di Indonesia.

Omar sempat menggelandang beberapa hari di Cisarua, kawasan Puncak, Bogor. Sampai dia bertemu seorang Indonesia yang pernah bekerja di Kuwait.

Orang itu membantu Omar mencarikan yayasan yang membantunya menyediakan tempat tinggal, keperluan hidup dan pendidikan anak-anaknya, serta memberinya modal usaha.

Setahun pertama Omar masih mengandalkan bantuan rutin. Setelah anak kelimanya lahir, insting wirausaha Omar berjalan.

Omar juga sudah tak lagi mendapat bantuan bulanan. Pihak yayasan yang membantunya mendesak Omar untuk berusaha. Omar mendapat modal usaha dan dibelikan sepeda motor bekas.

“Ternyata insting usaha dia bagus sekali,” kata Abu Abdillah, pihak yayasan yang membantu Omar.

Omar mengaku, awalnya dia memang pedagang yang cukup sukses. Dia pernah punya mini market dan toko elektronik yang menjual televisi, kulkas, AC, dan lainnya.

Sekarang usahanya menjual kebab dan nasi kebuli mulai maju. Dan pihak imigrasi Indonesia juga mengizinkan dia berjualan asal tidak membuat masalah.

Omar tinggal di kawasan Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor. Bersama istrinya, Amal, dia dikaruniai 5 anak, yakni Zahra (10), Rahaf (8), Rital (6), Zainah (4), dan Abdurrahman (6 bulan).

Kini keinginannya pindah ke Australia juga sudah tidak ada. “Saya ingin di Indonesia saja,” kata Omar yang bisa berbahasa Indonesia. [swr]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita