Mengaku ke Pendeta, Presiden Duterte Sebut Pernah Lecehkan Pembantunya saat Tertidur

Mengaku ke Pendeta, Presiden Duterte Sebut Pernah Lecehkan Pembantunya saat Tertidur

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali melayangkan pernyataan kontroversial, Sabtu (29/12/2018) malam. Dia mengaku pernah akan menjamah pembantunya saat masih remaja.

Duterte mengatakan, saat SMA pernah menyampaikan pengakuan kepada pendeta bahwa dia masuk ke kamar pembantu. Saat itu, sang pembantu sedang tidur.

"Saya mengangkat selimutnya, saya mencoba menjamah bagian dalam celananya. Saya menyentuhnya. Dia lalu terbangun dan saya keluar dari kamar," ujar Duterte, saat pidato, dikutip dari AFP, Minggu (30/12/2018).

Duterte melanjutkan, dia kembali ke kamar pembantu dan mencoba untuk menyentuhnya sekali lagi.

Pernyataan pria 73 tahun itu disampaikan untuk mengecam Gereja Katolik soal tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Dia dan teman-teman sekelasnya pernah dianiaya saat menyampaikan pengakuan dosa.

Pernyataan Duterte itu langsung memicu kritikan dari kelompok hak asasi perempuan yang menuduh Duterte mencoba memerkosa atau melakukan pelecehan seksual.

Sekjen partai pembela hak perempuan Gabriela, Joms Salvador, mengecam pernyataan itu sebagai hal menjijikkan. Dia mendesak Duterte mengundurkan diri karena pernah berusaha memerkosa pembantu.

Sementara itu juru bicara Duterte belum memberikan komentar soal pernyataan bosnya.

Duterte dan ajudannya kerap berdalih bahwa penyataannya yang menyinggung soal perempuan hanya sebagai lelucon.

Dia sempat memancing kemarahan pada 2016 saat menyampaikan pidato kampanye, yakni ingin memerkosa seorang misionaris Australia cantik yang dibunuh dalam kerusuhan penjara Filipina.

Sementara itu para pemerhati hukum menganggap pernyataan tersebut bisa membahayakan para tenaga kerja Filipina yang mencari nafkah di luar negeri sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Data kementerian tenaga kerja menyebut, saat ini ada lebih dari 1 juta warga Filipina yang menjadi PRT.

"Praktik-praktik pelecehan yang mendorong budaya pemerkosaan, dalam kasus ini, pelecehan seksual terhadap pembantu rumah tangga," kata Jean Enriquez, direktur eksekutif Koalisi Melawan Perdagangan Perempuan Asia Pasifik. [IN]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita