Korban Tsunami Dipungli Jutaan, Edan Ini Namanya...

Korban Tsunami Dipungli Jutaan, Edan Ini Namanya...

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Sudah jatuh tertimpa tangga. Pameo itu sangat pas dialamatkan kepada keluarga korban tsunami yang menerjang wilayah Banten dan Lampung. Keluarga korban tsunami harus menelan ludah dan mengerutkan dahinya, karena harus membayar uang jutaan rupiah untuk memulangkan jenazah keluarganya. Netizen geram mendengar berita ini. Edan, katanya, kok ada yang tega melakukan hal seperti ini. 

Adanya permintaan uang jutaan untuk pemulangan jenazah korban tsunam itu diungkapkan oleh Badiamin Sinaga, salah seorang kerabat korban. 

Menurut Badiaman, ketika mengurus pemulangan jenazah keluarganya yang meninggal dunia akibat terjangan gelombang tsunami di Pantai Anyer, Serang, Sabtu (22/12) pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Dradjat Prawiranegara, Serang, Banten menyerahkan kwitansi. 

Harga pembayarannya berbeda-beda, korban atas nama Ruspin Simbolon, Rp3.900.000 untuk biaya pemulasaraan jenazah, divalin dan mobil jenazah. Bayi Satria, Rp 800.000 untuk biaya pemulasaraan jenazah, divalin. Serta korban atas nama Leo Manulang, Rp 1.300.000 untuk biaya pemulasaraan jenazah dan divalin. 

Pungutan tersebut kata Budiman, untuk ketiga korban meninggal akibat tsunami. Ketiganya merupakan keluarga dari Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. "Pungutan itu benar terjadi. Mungkin dipikir karena korban orang Jakarta jadi akan mudah diminta uang," ujar Badiamin kepada sejumlah wartawan, kemarin. 

Plt Kepala Rumah Sakit dr. Derajat Prawiranegara Sri Nurhayati ketika dikonfirmasi mengaku baru mengetahui adanya pungutan tersebut. "Saya baru tahu dari Mas. Harusnya tidak boleh ada pungutan. Tapi saya akan pastikan dulu," kata Sri melalui sambungan telepon. 

Sedangkan, Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah yang dikonfirmasi mengakui, dirinya sudah mendapatkan laporan adanya aksi pungli oleh oknum pegawai RSUD Drajat Prawiranegara tersebut. 

Saat ini, pemerintah daerah sedang melakukan kroscek dan memanggil direktur rumah sakinya. "Sedang dipanggil ke Pendopo," tegas Tatu. 

Informasi mengenai pungli ini langsung direspon warganet. @boyke1989 mengganggap kebijakan yang mematok harga kepada korban tsunami sungguh keterlaluan. "Edan. Ini bencana, kok tega-teganya yang minta biaya," katanya. 

@Jajangsv juga menyayangkan. "Kebangetan memang, orang lagi kena musibah, masih saja mikirkan keuntungan. Semoga dilaknat Allah, yang cari keuntungan pada keluarga korban," ujarnya. Seirama, @masagustri mengatakan, dalam situasi berduka tidak pas rumah sakit menagih korban meninggal karena tsunami. "Dalam suasana bencana pun, masih tega. Padahal RSUD lho. Sungguh terlalu," ujarnya. @ syrupvanilla ikut menimpali. "Semoga ada titik temu antara keduabelah pihak, supaya bencana jangan ditambah kesulitan lainnya," harapnya. @LintankJr juga punya harapan sama. "Seharusnya tidak ada bayar membayar bagi korban tsunami. Harusnya gratis," katanya. 

Jika benar ada tagihan hingga jutaan, menurut @Sugeng89343579 sudah keterlaluan. Ia pun mengibaratkan keluarga korban meninggal karena tsunami berduka dua kali. "Sudah jatuh ketimpa tangga lagi," sebutnya. 

Lebih lanjut, @namarbaju menduga biaya yang dibebankan oleh keluarga korban meninggal karena tsunami hanya pungli dari oknum rumah sakit. "Modus perawatan jenazah, RSUD Serang diduga palak keluarga korban tsunami," duganya. 

Sementara @UntungSyathir menganggap wajar ada biaya yang dibebankan kepada keluarga hingga 3,9 juta. Menurutnya, harga yang dibebankan normal. "Itu termasuk murah min, kalau di tempat saya, salah satu kabupaten di Kalbar, untuk biaya pemulasaran jenazah = 300 ribu, formalin = 1.5 juta, mobil jenazah tergantung jarak, dari tempat saya ke Pontianak = 1.5 jt totalnya 300 rb + 1.5 jt + 1.5 jt = 3.3 jt," bebernya.  [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita