Djoksan: Kekuatan Doa akan Membuat Prabowo Presiden RI

Djoksan: Kekuatan Doa akan Membuat Prabowo Presiden RI

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Ketua Tim Kampanye Nasional pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, Djoko Santoso sangat menyakini doa umat Islam akan bisa memenangkan pasangan Prabowo-Sandi menjadi Presiden RI. Apalagi umat Islam sudah memanjatkan doa dalam aksi 212 yang dihadiri lebih dari 10 juta orang dan mendoakan Prabowo-Sandi menjadi Presiden dalam Gerakan Sholat Subuh berjamaah.

"Saya sebagai orang Islam, sangat percaya dengan kekuatan doa. Apalagi saat aksi 212 yang dihadiri lebih dari 10 juta umat Islam mendoakan Prabowo-Sandi jadi presiden dan wakil presiden," ujar Djoko Santoso menanggapi salah satu lembaga survei yang dirilis baru-baru ini terkait elektabilitas Prabowo-Sandi yang turun pasca 212 dalam acara ‘Ngobrol Bareng’ Joksan di Jakarta, Kamis (20/12/2018).

Djoko menuturkan, keikhlasan umat Islam mendoakan Prabowo-Sandi tidak hanya dalam aksi 212, dan Gerakan Sholat Subuh. Doa kepada Prabowo-Sandi juga dipanjatkan dalam kegiatan-kegiatan lainnya seperti majlis zikir. Djoko menilai, banyaknya umat Islam yang mendoakan Prabowo-Sandi merupakan fenomena alam dan biassnya akan menjadi kenyataan. Karena kekuatan doa sangat nyata.

"Saya tentara dan ternyata takut mati juga. Sehingga ketika masuk pesawat mau terjun payung selalu berdoa. Bismillahirohmanirohim. Karena umur siapa yang tahu. Jadi kita harus selalu berdoa kepada Tuhan. Doa kepada Tuhan itu bisa menyelesaikan semua masalah dan bisa terwujud apa pun kehendak kita," paparnya.

Dengan adanya survei yang menyebut elektabilitas Prabowo-Sandi turun, sambung Djoko, maka pihaknya juga sangat berterima kasih. Dengan survei itu maka tim Prabowo-Sandi akan terus mengkaji dan mengambil hikmahnya, kenapa elektabilitasnya bisa turun. Tapi dengan kekuatan doa, Djoko sangat yakin Prabowo-Sandi akan menang, karena tujuannya untuk rakyat Indonesia agar adil dan makmur.

Tidak Netral

Sementara terkait hubungannya dengan media massa, karena sebelumnya Prabowo sempat mendiskreditkan wartawan, Djoko menuturkan, apa yang dikatakan Prabowo bahwa "wartawan adalah antek-antek perusak demokrasi’, dan ‘mata wartawan ada di dengkul’ adalah benar karena berdasarkan data.

“Sekarang hampir semua koran itu kebanyakan anti Prabowo. Koran sekarang nunggu salahnya Prabowo," paparnya.

Djoko pun mengaku tak sungkan untuk melakukan boikot seperti halnya dia boikot Metro TV. Hal itu merupakan sikapnya terhadap media yang dipandang tidak netral.

Djoko rela dirinya diserang oleh media ketimbang Prabowo. Ia mengaku, dalam memboikot Metro TV adalah keputusan pribadinya tanpa koordinasi kepada Prabowo. “Saya capek dong, kita di media gini, gini, ya sudah saya boikot biar saya tanggung jawab. Saya gak usah lapor Prabowo ya supaya kalau diserang biar saya, jangan Prabowo gitu,” katanya.

Negara Punah

Lebih lanjut Djoko Santoso, menjelaskan maksud pernyataan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang mengatakan jika pihaknya kalah, maka negara ini akan punah. Pernyataan Prabowo itu kata dia, mengambil dari sejarah kerajaan-kerajaan terdahulu yang ada di nusantara, sebelum terbentuknya Indonesia.

"Pertama kita dari histori dari negara nusantara ini makin pendek, Sriwijaya 300 tahun, Demak hanya puluhan tahun. Tentunya kita harus kritis," kata Djoko Santoso. 

Mantan Panglima TNI ini mengungkapkan, negara seperti manusia yang bisa sakit bahkan memiliki umur tersendiri. Maka dari itu, jika tidak diurus dengan baik, maka penyakit bukan hal mustahil akan datang.

"Negara itu seperti manusia bisa terkena serangan jantung, liver pada umur 80 sampai 90-an. Uni Soviet habis, Yugoslavia habis, bahkan Amerika juga pernah perang saudara dan lebih banyak korbannya dari perang dunia. Jadi umur negara-negara itu bisa terserang penyakit," ungkap Djoko.

Dia menambahkan, di penghujung abad 20 kita mengalami globalisasi dan perubahan iklim. Salah satu arus globalisasi adalah peredaran narkoba yang masuk ke Indonesia tidak terhingga, selain kesenjangan sosial yang belum bisa diatasi.

"Jadi inilah yang kita hadapi, masih banyak lagi kesenjangan sosial. Menurut Profesor Edi Swasono artinya yang miskin dan kaya makin jauh. Maka ini semua jadi ancaman kita yang sudah membahayakan bangsa, tinggal kalian yang mengawasi bangsa ini," tegas Djoko. [HT]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita