Yusril Dinilai Terlalu Buru-buru Merapat ke Jokowi-Ma'ruf Amin

Yusril Dinilai Terlalu Buru-buru Merapat ke Jokowi-Ma'ruf Amin

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Bergabungnya Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra ke kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengagetkan banyak pihak. Pasalnya selama ini, pengecara kondang tersebut dan juga partainya kerap kali menunjukan perbedaan pandangan dengan pemerintah saat ini.

Terkait itu, Pengamat Politik, Pangi Syarwi Chaniago menilai keputusan Yusril ini merugikan bagi partainya. Sebab pemilih PBB rata-rata yang kontra dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

"Di satu sisi keputusan ini menjadi kontradiksi dan merugikan partainya (PBB, Red) karena melawan arus bawah pemilih PBB yang cenderung berseberangan dengan pemerintah," ujar Pangi di Jakarta, Rabu (14/11).

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Voxpol Center itu menilai langkah Yusril terlalu gegabah. Seharusnya mantan Menteri Sekretaris Negara itu lebih matang dalam mengambil keputusan.

"Yusril sepertinya terlalu buru-buru memutuskan merapat ke kubu Jokowi-Ma’ruf Amin," imbuhnya.

Ditambah lagi, bentuk 'deal-dealan' antara Yusril dengan kubu Jokowi pun dipertanyakan oleh Pangi. Menurut Pangi, masih terbuka peluang Yusril tidak mendapat banyak keuntungan dari keputusannya bergabung dengan koalisi petahana.

"Jika ternyata kubu Jokowi-Ma’ruf Amin juga tidak bisa menerima proposal yang ditawarkan, apakah Yusril hanya akan dimanfaatkan sebagai kuasa hukum? Sejarahlah yang akan mencatat," sambungnya.

Di sisi lain, Pangi memandang juga terjadi kegusaran di dalam pemikiran Yusril jika bergabung dengan kubu Prabowo-Sandi. Terutama dengan Pileg dan Pilpres diselenggarakan bersamaan maka partai membutuhkan efek ekor jas (coattail effect) dari pasangan Capres-Cawapres.

Sementara itu, di kubu oposisi kedua Capres-Cawapres-nya merupakan 2 figur yang erat dengan partai Gerindra. Maka efek ekor jas diprediksi hanya akan menguat pada partai berlambang burung garuda itu. Sedangkan partai pengusungnya akan kesulitan mendulang elektabilitas tambahan.

"Kegelisahan ini membuat Yusril mempertanyakan format koalisi yang dibangun di kubu Prabowo-Sandi yang menurutnya hanya menguntungkan Gerindra semata tanpa memikirkan nasib partai mitra koalisi di dalamnya," pungkas Pangi. [jpc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita