Gencatan Senjata Disepakati di Gaza, Menhan Israel Mundur

Gencatan Senjata Disepakati di Gaza, Menhan Israel Mundur

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Bentrokan sengit antara Israel dan Hamas di Gaza diakhiri dengan gencatan senjata. Tidak sepakat dengan gencatan senjata itu, Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya. 

"Apa yang terjadi kemarin -- gencatan senjata dengan Hamas -- adalah sama saja menyerah pada teror. Itu tidak memiliki arti lain," tegas Lieberman saat menjelaskan alasan pengunduran dirinya kepada wartawan setempat, seperti dilansir AFP, Rabu (14/11/2018).

"Apa yang kita lakukan sekarang adalah sebuah negara membeli ketenangan jangka pendek, dengan harga yang memberikan kerusakan jangka panjang yang buruk terhadap keamanan nasional," imbuhnya. 

Pengunduran diri Lieberman ini memicu gejolak pada pemerintahan Israel. Lebih lanjut, Lieberman menyerukan digelarnya pemilu dini. "Kita seharusnya menyepakati waktu untuk digelarnya pemilu sesegera mungkin," ujarnya. 

Avigdor Lieberman

Disebutkan juga oleh Lieberman bahwa partainya, Yisrael Beitenu, akan keluar dari koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dengan demikian, koalisi pemerintahan Netanyahu kini hanya unggul satu kursi dalam parlemen Israel atau Knesset yang beranggotakan 120 orang.

Diketahui bahwa pemilu di Israel belum akan digelar hingga November 2019. Namun pengunduran diri Lieberman meningkatkan kemungkinan digelarnya pemilu dini. 

Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan militan Gaza termasuk Hamas tercapai pada Selasa (13/11) malam waktu setempat. Gencatan senjata yang dimediasi Mesir itu pertama diumumkan oleh militan Gaza. Israel sendiri tidak pernah mengakui secara publik gencatan senjata yang dicapai.

Menanggapi kesepakatan gencatan senjata itu, Lieberman terang-terangan menyatakan perlawanannya. Netanyahu sendiri tidak mengomentari kesepakatan gencatan senjata itu. Namun dia membela strateginya dengan berkata: "Musuh-musuh kita mengemis agar dilakukan gencatan senjata."

"Pada masa-masa darurat, ketika mengambil keputusan sangat krusial bagi keamanan, publik tidak selalu harus mengetahui pertimbangan yang harus disembunyikan dari musuh," imbuh Netanyahu pada Rabu (14/11) pagi.

Gencatan senjata itu juga memicu aksi protes ratusan warga Israel yang tinggal di dekat perbatasan Gaza. Mereka meminta operasi terhadap Hamas di Gaza terus dilanjutkan. Gempuran udara Israel terhadap sejumlah target militan di Gaza selama 24 jam terakhir diketahui menewaskan tujuh warga Gaza. Kerusakan terjadi di banyak lokasi dengan gedung-gedung dilaporkan rata dengan tanah dan bola api serta kepulan asap pekat membubung ke angkasa. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita