Suramadu, Menjembatani Kongsi Segitiga Cina-Kanada-Jokowi?

Suramadu, Menjembatani Kongsi Segitiga Cina-Kanada-Jokowi?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oleh: Hendrajit*

Membaca kembali tumpukan berita lama terbitan edisi September 2017, ada yang menarik ketika dikaitkan dengan peresmiaan Jembatan Suramadu belum lama ini. Husky-CNOOC Madura Limited,. Operator lapangan BD, Blok Madura Strait, mulai mengalirkan gas bumi secara komersial sebanyak 40 juta kaki kubik per hari. Gas tersebut dijual ke PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dengan harga US$ 7 juta per British thermal unit. 

Sekadar informasi. Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) mengolah gas tersebut di floating production storage and offloading (FPSO). Adapun FSO merupakan fasilitas terapung untuk mengolah minyak dan gas bumi dari pengeboran lepas pantai yang biasanya berbentuk kapal.

Menariknya, FSPO Karapan Armada Sterling III itu didatangkan oleh PT Armada Gema Nusantara (Perusahaan Penyedia FPSO asal Malaysia,  Bumi Armada) pada Januari 2017. Urut-urutan prosesnya ini juga tidak kalah menarik. Armada Gema Nusantara memesan FPSO dari Keppel Oil, perusahaan migas asal Singapura. Kemudian Armada Gema Nusantara menyewakan FSO kepada HCML. Cukup berbelit-belit bukan?

Abaikan dulu soal lika-liku proses bisnisnya. Mari kita cermati peta kepemilikan sahamnya dalam skema bisnis dari Husky-CNOOC Madura Limited atau HCML itu. Husky Energy, perusahaan minyak dan gas bumi asal Kanada, memegang 40 persen saham di lapangan Madura BD. Sedangkan perusahaan migas asal Cina , CNOOC, juga memegang 40 persen saham, sisanya sebesar 20 persen dimiliki oleh perusahaan migas asal Indonesia yang didirikan oleh Patrick Sugito Walujo, menantu TP Rachmat. Wow, jaringan Astra bukan?

Menelaah  kilas balik kiprah CNOOC dan perusahaan milik Kanada Husky, maupun keterkaitan Patrick Sugito yang menantu TP Rachmat di Madura Jawa Timur jadi menarik, mengingat beberapa tahun sebelumnya sempat terjadi benturan antar Sunni dan Syiah yang sama-sama umat Muslim.

M Arief Pranoto dan Hendrajit, dalam bukunya Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya Baru, memandang kejadian kala itu di Kabupaten Sampang, sebagai tahapan dari upaya beberapa sub-kontraktor perusahaan migas asing dan para elit lokal setempat untuk menggiring terjadinya relokasi warga setempat dari area konflik, sehingga daerah tersebut dijadikan closed area atau daerah ekslusif. Sehingga hanya para elit lokal Pemda, TNI/Polri dan sub-kontraktor asing yang sepenuhnya mengendalikan area tersebut.

Dengan begitu, peresmian Jembatan Suramadu itu, bisa dibaca sebagai agenda strategis pemerintahan Jokowi-JK dengan dua sasaran pokok: Citra yang baik di mata masyarakat Madura dan Sampang pada umumnya. Kedua, untuk melayani dan memberi fasilitas infrastruktur bagi kepentingan kedua korporasi tersebut.

Ngomong-ngomong soal CNOOC, agaknya fokus perhatian perlu ditujukan untuk menelisik sekilas kebijakan energi Cina yang tertuang dalam White Paper on National Program on Mineral Resource (NPMAR) pada 2001. Dalam menjabarkan NPMR itu, pemerintah Cina kemudian mengeluarkan  lima kebijakan yaitu:

Investasi besar-besaran di proyek eksplorasi dan pengembangan di berbagai negara.

Membangun Srategic Petroleum Reserve.

Meningkatkan kapasitas kilang minyak di dalam negeri untuk mengolah minyak mentah yang diimpor dari Timur Tengah sehingga menekan biaya pengolahan dan tidak perlu membeli minyak olahan.

Mengembangkan industri gas alam domestic sebagai sumber energi selain minyak bumi.
Mengembangkan lapangan minyak dalam negeri dengan mengundang pihak-pihak asing dalam proyek eksplorasi dan pengeboran di Cina.

Selain itu, dalam White Paper yang sama disebutkan pemerintah Cina akan menggunakan perusahaan-perusahaan negara sebagai ujung tombak dalam pencarian minyak di dunia. Pemerintah Cina akan mendorong perusahaan-perusahaan nasional untuk ikut terlibat dalam kerja sama internasional di bidang sumberdaya mineral, serta eksplorasi, eksploitasim dan penggunaan sumberdaya mineral dari luar negeri.. Pemerintah Cina juga akan mempromosikan dan melindungi kegiatan investasi dan eksploitasi sumberdaya mineral di luar Cina.

Untuk mewujudkan skema NPMR itu, pemerintah Cina memerintahkan tiga BUMN yaitu CNOOC, CNPC (Petro China adalah salah satu anak perusahaannya), dan Sinopec untuk membantu pembangunan infrastruktur dan eksplorasi minyak ke seluruh dunia.

Melalui gambaran sekilas tadi, namapak jelas watak ekspansif Cina dalam mengembangkan pengaruhnya untuk mengakses sumber-sumber minyak dan gas selain di kawasan Timur Tengah. Dan Indonesia, melalui proyek di Sampang Madura dalam rajutan kisah di atas tadi, merupakan sasaran strategis pemerintah Cina.

Fakta lain yang tak kalah penting, temali dengan Patrick Sugito Walujo yang erat hubungan kekerabatannya dengan TP Rachmat yang pernah jadi pemain kunci di Astra, perlu juga dicermati kesepakatan-kesepakatan yang tercapai antara pihak pemerintah dengan para pengusaha tersebut.

Menurut beberapa informasi yang beredar semasa pemerintahan SBY, pada 2011 terbetik kabar CNOOC sempat berniat mundur dari skema kerjasmaa tersebut karena SBY cenderung menghambat skema kerjasama itu. Sedangkan di era pemerintahan Jokowi pintu bagi CNOOC nampaknya justru dibuka lebar-lebar.

Apakah berarti Jembatan Suramadu itu memang benar-benar telah menjembatani kesepakatan antar para pihak tersebut tadi?

Begitupun. Ada cerita sampingan yang perlu tetap dalam ingatan sejarah warga nusantara. Selain fakta bahwa jembatan Suramadu ini menjadi penghubung antara Pulau Jawa dan Pula Madura. Yang mana pada masa kekuasaan Mataram Jawa semasa Sultan Amangkurat I dan Amangkurat II, hubungan politis dan psikologis Jawa pedalaman dan Madura sebagai Jawa pesisir sama sekali tidak harmonis akibat ketegangan politis antara penguasa dan ulama.


*) Redaktur Senior Aktual.com
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita