Pilpres 2019: David Versus Goliath

Pilpres 2019: David Versus Goliath

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Pegiat media sosial yang juga pemerhati bangsa, Wendra Setiawan mengatakan, banyak pihak yang meremehkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk bisa memenangi Pemilihan Presiden 2019.
Apalagi, kata dia, Prabowo harus berhadapan dengan capres petahana, Joko Widodo.

Bahkan, Wendra menilai pertarungan Prabowo dan Jokowi seperti kisah David versus Goliath.

Kisah David versus Goliath ini menceritakan tentang pertarungan seorang manusia biasa yang berhasil menang melawan seorang raksasa yang memiliki kekuatan yang luar biasa.

Pendapatnya itu disampaikan melalui tulisannya yang diunggah ulang oleh Pegiat Media Sosial lainnya, Iramawati Oemar, melalui akun Facebook nya, Sabtu (8/9) kemarin. Ini isi lengkapnya:

Lengkap sudah susunan pasukan tempur petahana, dengan terpilihnya seorang pemuda tajir melintir sebagai ketua Tim Pemenangan, dan wakil presiden yang ditunjuk sebagai Ketua Pengarah Tim Pemenangan.

Didukung oleh 10 parpol. Ada polisi dan tentara yang telah digerakkan untuk ikut mensosialisasikan kinerja petahana. Ada puluhan menteri dan gubernur, ratusan walikota, bupati, dan camat, yang siap mempengaruhi warga. Ada ratusan media cetak maupun elektronik baik kelas mainstream maupun abal-abal yang siap menggiring opini publik. Belum lagi pasukan dunia maya terlatih yang siap meramaikan media sosial. Di belakang layar masih ada badan intelijen yang siap mengamati pergerakan lawan. Dana? Pasti tidak terbatas. Godfather migas dan bigboss Papa Minta Saham sudah diajak kuliah bareng, dan puluhan anak-anak konglomerat telah diundang ke istana.

Benar-benar pasukan tempur yang super elite! Ada presiden. Ada wakil presiden. Ada menteri-menteri. Ada barisan gubernur, walikota, bupati, hingga camat. Ada polisi dan tentara. Luar biasa, pasukan petahana mirip sebuah negara dan sumber keuangan tidak terbatas.

Bagaimana dengan penantang?

Hanya didukung oleh 3 Parpol. Yang satu nggak usah dihitung karena sang ketum sepertinya ogah-ogahan. Dan kader-kader mereka sepertinya lebih suka menggempur koalisi mereka sendiri ketimbang menyerang lawan. Media? Cuma mengandalkan ILC di TV-One yang relatif netral. Itupun sering dipersekusi dengan alasan kendala teknis (tekanan istana). Andalan lain hanya media sosial dan sesekali mengandalkan gerakan massa yang selalu dihadang pasukan preman.

Pertandingan yang tidak sepadan. Pilpres kali ini benar-benar seperti Daud yang bertubuh mungil harus menghadapi Goliath yang bertubuh tinggi besar, kekar, berpengalaman, dan terlatih.

Tapi tidak perlu gentar. Tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Tidak ada kekuatan hasil rekayasa manusia yang tidak bisa ditumbangkan.

Daud yang mungil mampu menumbangkan Goliath yang bertubuh raksasa. 313 pasukan Muslim mampu mengusir keluar 1000 pasukan Quraisy dari Kota Badar, Madinah (konon kisah 300 pasukan Spartan pimpinan Leonidas yang mengalahkan ribuan pasukan Xerxes terinspirasi kisah Perang Badar ini). AS sebagai negara superpower pemenang Perang Dunia II tak mampu menaklukan negara Vietnam yang kecil.

Dan DKI adalah sebuah contoh nyata, bahwa dengan dukungan yang nyaris sama, petahana yang superior bisa ditumbangkan.

Anggap saja ini ujian. Jika pasangan penantang tidak sanggup menghadapi kekuatan pasukan elite petahana, bagaimana mungkin mereka sanggup menghadapi kekuatan dua superpower dunia yang jauh lebih kuat, USA dan RRC, yang saat ini sedang berjibaku untuk menjadi penguasa dunia?

***

Btw, seandainya petahana keluar sebagai pemenang, bagaimana membalas budi mereka yang terlibat ya? Di periode pertama saja, dengan “koalisi ramping”, bagi-bagi jabatan tidak selesai selama satu periode. Bagaimana sekarang, dengan pasukan yang jauh lebih gendut? [swa]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA