Terungkap Sejumlah Pihak Jegal UAS Jadi Cawapres dan Disuruh Fokus Dakwah Saja

Terungkap Sejumlah Pihak Jegal UAS Jadi Cawapres dan Disuruh Fokus Dakwah Saja

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - NAMA Ustadz Abdul Somad sempat menjadi salah satu kandidat cawapres yang disarankan oleh forum Ijtima Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama).

Dakwah UAS sendiri sering dihadang sejumlah pihak di sejumlah wilayah dan ketika UAS didukung jadi cawapres, mereka menjegal dan meminta UAS hanya fokus dakwah. 

Ustadz Abdul Somad dinilai cocok untuk mendampingi Prabowo Subianto maju dalam Pilpres 2019.

Sayangnya, Ustadz Abdul Somad memilih menolak secara halus.

Dalam Alasannya, Ustadz Abdul Somad memilih berjuang dalam dunia pendidikan khususnya dakwah.

Tentunya, hal ini membuat kecewa beberapa pihak yang mendukungnya.

Seperti putri Amien Rais, Hanum Rais yang meminta kepada semua pihak untuk meyakinkan Ustaz Abdul Somad (UAS) untuk mau maju.

Bahkan Hanum pun menuliskan hal tersebut lewat akun instagramnya.

@hanumrais: "'Sebaiknya ustadz Abdul Somad tetap berdakwah saja. Menjadi suluh dalam gelapnya ruangan. Menjadi setetes embun dalam sahara. Kita memerlukan itu.'

Nasihat demikian memang terdengar indah elegan dan mulia. Saya pun mengiyakan.

Namun kemudian, saya teringat Snouck Horgrounje seorang Belanda di jaman Hindia Belanda yg belajar agama Islam dan kemudian dikenal sebagai mata-mata kolonial.

Ia pernah menasehati para ulama, masy adat Aceh saat itu, untuk meningkatkan ketakwaan umat serta selalu mengingatkan umat pada kematian, masjid-masjid perlu didirikan dekat makam.

Terdengar mulia. Serentak membuahkan anggukan.

Sungguh target Horgronje bukan itu. Melainkan sesungguhnya ia memiliki visi menjauhkan masyarakat dari masjid, karena orang-orang jadi takut ke masjid , terutama para pemudanya. Horgronje tahu benar, masjid dan para pengunjungnya adalah kekuatan yang membahayakan bagi rezim kolonial saat itu.

Seruan banyak pihak agar UAS berdakwah saja dan jangan bermain politik seakan terdengar seperti seruan membuai Horgronje saat itu

Di saat yang begitu krusial sekarang ini, marilah kita berdoa semoga sang suluh selama ini berkenan berubah menjadi mentari.

Setetes embun di sahara bersedia menjelma jadi telaga mata air yang menyejukkan bagi bumi

Marilah kita berbondong-bondong meyakinkan @ustadzabdulsomad bahwa dirinya diperlukan oleh bangsa, tidak hanya sebagai guru, namun pemimpin bangsa.

Tarikh menorehkan cerita, Abu Bakar maupun Umar juga sebelumnya menolak jabatan yang diberikan pada mereka hingga mereka akhirnya menjadi umara panutan.

Keulamaan dan kepemimpinan bersanding manis dalam era tersebut. Sejatinya politik dan agama memang sebuah kesatuan.

Rasulullah pun telah menjadikan dirinya teladan sebagai pemimpin dan ulama terbaik sepanjang masa.

Kesempatan tidak akan datang berulang. Kehadiran UAS di tengah bangsa ini boleh jadi adalah kesempatan yang Allah berikan untuk kita.

Mudah-mudahan Allah mengijabahi lewat dukungan seluruh elemen bangsa dan umat di Indonesia.

Wallahu a’lam bissshhawaab
#ustadzabdulsomad #cawapres let’s make #somadeffect everywhere.

Setali tiga uang dengan hanum, penceraham Sugi Nuh Raharja alias Gus Nur Ikut meminta Ustaz Somad Memikirkan kembali keputusan menolak jadi cawapres.

Gus Nur menyampaikannya melalui video berdurasi 15 menit 13 detik yang diunggah di YouTube.

Adapaun pesan Gus Nur sampaikan kepada Ustadz Abdul Somad sudah ditonton lebih dari 173.619 orang dan masuk 20 trending topic youtube

Inilah petikan pernyataan Gus Nur untuk Ustaz Abdul Somad.

"Secara tidak langsung video ini saya tujukan untuk Ustadz Abdul Somad. Kalau antum lihat video ini mudah-mudahan memberikan volume kecil untuk qalbu antum. Informasi yang masuk banyak orang secara intensif melobi antum. Agar supaya antum tetap maju sebagai cawapres. Dan selama ini antum menolak.

Saya yakin Anda tahu bahwa kafir harbi, liberal, sekurel, LGBT (lesbian, gay, bisexual, dan transgender), koruptor atau semua pihak yang menguras kekayaan negara diam-diam jadi musuh negara. Partai-partai menista agama dari dalam dan luar negeri yang selama ini menghancurkan Indonesia.

Mereka panik. Mereka ketakutan kalau sampai antum mau menjadi cawapres. Termasuk rezim pak Jokowi dan kroni-kroninya. Dan mereka akan melakukan berbagai macam cara agar Ustadz Somad tidak menjadi cawapres," kata pendakwah kelahiran 11 Februari 1974 ini.

Gus Nur mengatakan upaya pihak-pihak yang ingin mengagalkan Somad menjadi cawapres dilakukan melalui kata-kata diplomasi. "Contohnya ini Ustadz Abdul Somad ini ulama yang baik. Ulama yang rahmatan lil 'alamin. Dipuji-puji antum Ustadz.

Hatinya baik, hatinya suci. Makanya, Ustadz Abdul Somad tidak akan mau maju menjadi cawapres. Itulah salah satu diplomasi yang umum. Mereka akan melakukan berbagai macam cara agar antum tidak menjadi cawapres," ungkap pria yang juga dikenal sebagai penulis itu.

"Sadar atau tidak umat dan ulama. Bahkan non-muslim sekali pun. Asalkan di dalam hatinya dan pikirannya ada kesucian. Yang lama hidup di Indonesia. Minum airnya Indonesia, mencari nafkah di Indonesia, menghirup udara Indonesia. Tidur dan tinggal di Indonesia. Sudah jadi orang Indonesia. Tidak ada kepentingan apa-apa. Maka saya yakin dia akan mendukung dan bahagia kalau antum mau menjadi cawapres. Duet Pak Prabowo dan antum adalah solusi obat yang mujarab. Di satu sisi antum ditakuti, dan di satu sisi antum harapan umat, harapan ulama," lanjutnya.

 "Antum mundur. Tapi saya yakin hati orang masih bolak-balik. Walaupun antum menolak dengan halus. Insya Allah masih ada waktu. Saya mewakili umat ya Ustadz Abdul Somad. Saya bukan orang yang suka memaksa antum.

Tapi ini suara umat, suara ulama. Mudharat dan manfaatnya untuk kondisi saat ini insya Allah akan banyak manfaat kalau antum maju. Mudahan-mudahan antum akan mematahkan hukum kalau saya boleh lebai karna itu. Itu patah kalau antum bisa masuk kesana.

Bahwa ada ulama, orang yang pintar agama yang masuk ke dalam sistem dan terbukti sistemnya yang bersih. Masuk dalam istana dan Alhamdulillah istananya bersih," ujar dia. [tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita