Rupiah Anjlok, Emak-Emak Sudah Tidak Percaya Jokowi

Rupiah Anjlok, Emak-Emak Sudah Tidak Percaya Jokowi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dapat mempengaruhi tingkat elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam ajang Pilpres 2019.

Ketua DPP Partai Gerindra, Heri Gunawan yakin bahwa nilai tukar rupiah akan sangat mempengaruhi tingkat keterpilihan pasangan Jokowi-Ma'ruf. 

Terutama kalangan emak-emak alias ibu rumah tangga yang tak akan mau memilih Jokowi sebagai calon petahana lagi karena merasa saat ini hidup semakin susah.

"Iya dong pasti berpengaruh pada tingkat elektabilitas Jokowi di kalangan emak-emak," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (30/8).

Saat ini nilai tukar rupiah terhadap USD sudah menyentuh angka Rp14.728, sementara pada penutupan perdagangan saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh angka 6.018,96, melemah 46,18 poin atau 0,76 persen.

Heri yang juga Anggota Komisi XI DPR RI ini menegaskan IHSG dan nilai tukar rupiah merupakan dua hal yang saling berpengaruh. IHSG hanya bisa stabil jika nilai tukar rupiah berhasil dijaga. 

Menurutnya pelemahan nilai tukar rupiah dan IHSG karena pengelolaan internal yang keliru bukan disebabkan faktor eksternal sebagaimana diungkap pemerintah selama ini.

Pengelolaan itu dikenal dengan istilah account defisit (APBN), defisit keseimbangan primer (primary balance defisit), dan defisit pembayaran (service payment defisit).

Terlebih pada kenyataannya, current account deficit (CAD) Indonesia di kuartal II 2018 melebar menjadi tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Belum lagi cadangan devisa turun ke angka 118,3 miliar dolar AS pada akhir Juli 2018. 

Menurut Heri jika ketiga pengelolaan tersebut bisa dikelola dengan baik, maka Indonesia tak perlu kuatir berlebihan terhadap gejolak global. 

"Terbukti, dengan dirilisnya defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2018 yang melebar hingga 3 persen dari PDB serta Neraca Pembayaran Indonesia yang defisit 43 miliar dolar AS memicu sentimen negatif di pasar. Ini jelas mempengaruhi respon global terhadap pasar dan nilai tukar kita. Menyusul kemudian IHSG," ujarnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita