Diabaikan Pemerintah, Korban Gempa: Kita Seperti Anak Ayam Kehilangan Induk

Diabaikan Pemerintah, Korban Gempa: Kita Seperti Anak Ayam Kehilangan Induk

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Warga pesisir pantai sebelah Timur Laut Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang berada dekat dengan episentrum gempa 6,9 Skala Richter, Minggu (19/8) malam, membutuhkan perhatian pemerintah.

Haris, salah seorang warga Dusun Labuhan Pandan Tengah, Desa Labuhan Pandan, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, mengungkapkan bahwa sejak gempa pertama yang terjadi pada akhir Juli itu warganya belum juga merasakan adanya peran pemerintah.

“Kita ini seperti anak ayam kehilangan induknya, kemana pemerintah. Ini bukan maksud mendiskreditkan pemerintah, tapi memang begitu kondisinya di lapangan,” kata Haris di Lombok, Kamis (23/8).

Apalagi pascagempa yang terjadi siang dan malam pada Minggu (19/8) lalu, pemilik sebuah yayasan pendidikan sosial bagi kalangan masyarakat kurang mampu ini melihat banyak warganya yang sudah trauma untuk kembali ke dalam rumah.

Untuk di wilayah dusunnya saja, terdata 60 bangunan yang roboh. Sisanya mengalami rusak ringan dan sedang.

“Kalau pun ada yang masih berdiri, itu kondisinya sudah rawan, ada gempa lagi, pasti roboh. Makanya warga lebih memilih tidur di luar,” ujarnya.

Karena merasa miris dengan kondisi warganya, Haris sejak gempa pertama mulai bergerak dan berinisiatif meminta bantuan kepada para relasinya. Bahkan sarana media sosial, tidak luput dari upaya dia untuk mendapatkan bantuan.

“Segala cara kita gunakan dan Alhamdulillah ada saja yang tersentuh dan langsung menyalurkan bantuan lewat kita. Terpal, beras, air, apa yang kita dapat, langsung kita bagi ke warga,” ucapnya.

Meskipun kebutuhan saat ini masih bisa tertangani berkat adanya bantuan dari para relasi maupun para pihak sukarelawan pribadi, namun dia mengkhawatirkan hal tersebut tidak akan berlangsung lama.

“Tidak cukup dengan cara seperti ini, swadaya saja, karena ini musibah bukan satu dua hari tapi bisa berbulan-bulan. Jadi bagaimana peran pemerintah, penanganan kondisi ini harus cepat,” kata Haris yang sudah mendirikan yayasannya sejak 10 tahun silam.

Dari pantauan Antara di lapangan, sejumlah desa yang berada dekat dengan eipsentrum gempa pada Minggu (19/8) lalu, diantaranya Desa Labuhan Pandan, Desa Sugian, dan Desa Sambelia, jumlah pengungsi dan tenda darurat mandiri kian masif.

Begitu juga dengan aktivitas warga pengungsi di pinggiran ruas jalan utama jalur Timur Laut Pulau Lombok, yang meminta sumbangan bantuan gempa semakin bertambah.

Aktivitas perekonomian warga, aparatur desa maupun sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Sambelia, terlihat lumpuh. Adanya hanya kesibukan warga yang memilah barang pribadi dari reruntuhan rumahnya serta membangun tenda darurat mandiri dari kelengkapan seadanya. [akt]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita