Bertemu Korban Pelecehan Seks Pendeta Katolik, Paus 'Merasa Malu'

Bertemu Korban Pelecehan Seks Pendeta Katolik, Paus 'Merasa Malu'

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Dalam kunjungannya ke Irlandia, Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia merasa malu atas kegagalan Gereja Katolik dalam menangani pelecehan seksual oleh para pendeta /padri.

Sebelumnya, Perdana Menteri Irlandia mendesak keras Paus untuk mengambil tindakan terhadap padri yang terlibat dalam pelecehan anak dan yang merahasiakan kejahatan itu.

Di Irlandia, Paus bertemu selama 90 menit dengan para korban kekerasan seksual itu".

Ini merupakan kunjungan kepausan yang pertama ke Republik Irlandia sejak 39 tahun.

Kunjungan ini bertepatan pula dengan dengan Pertemuan Keluarga-keluarga Dunia, sebuah pertemuan global Katolik yang diadakan setiap tiga tahun.

Sri Paus tersenyum saat tiba di bandara Dublin Airport, namun kunjungannya berdimensi jauh lebih pelik. - Reuters

Pernyataan pembukaan Paus asal Argentina itu senada dengan surat yang dikirimnya kepada 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia, pekan ini, yang di dalamnya ia mengutuk pelecehan anak yang disebutnya keji dan upaya para sejumlah padri dan pihak gereja dalam menutup-nutupinya

"Saya tidak dapat tidak mengakui skandal besar di Irlandia, pelecehan bocah-bocah belia oleh anggota (para rohaniawan) Gereja yang sebetulnya bertanggung-jawab atas perlindungan dan pendidikan mereka," kata Paus kepada para pemimpin dan tokoh politik di Kastil Dublin.

"Kegagalan otoritas gereja - para uskup, pemimpin agama, imam, dan lain-lain - dalam menangani secara sepatutnya kejahatan menjijikan ini menimbulkan kemarahan, dan terus menjadi sumber rasa sakit dan aib bagi komunitas Katolik," katanya.

"Saya sendiri merasakan hal itu."

Paus juga mengatakan bahwa telah menetapkan "komitmen yang lebih besar untuk menumpas kejahatan ini di Gereja, dengan cara apapun". Sebelumnya, PM Irlandia Leo Varadkar mengatakan bahwa kegagalan Gereja, negara dan masyarakat yang lebih luas dalam menangani kejahatan ini telah menciptakan "warisan yang pahit, rasa sakit dan penderitaan bagi banyak orang".

"Orang-orang disekap di pojok-pojok yang gelap, di balik pintu tertutup, berteriak minta tolong yang tidak pernah terdengar ... Di atas segalanya, Bapa Suci, saya meminta Anda untuk mendengarkan para korban dan para penyintas."

Bendera pelangi lambang LGBT dikibarkan dekat sosok yang menyerupai Paus saat umat berkerumun di Christchurch, Dublin. - PA

Colm O`Gorman dari Amnesty International Irlandia, yang pernah dirudapaksa oleh seorang imam selama lebih dari dua tahun saat remaja, mengatakan pernyataan Paus masih tidak cukup.

"Dia seyogianya berbicara kepada kita semua dengan cara yang blak-blakan, terang-terangan, jujur, yang manusiawi, yang membumi," katanya.

Dua dari korban serangan seksual yang bertemu dengan Paus mengatakan bahwa Paus mengutuk korupsi dan upaya gereja menutup-nutupi kasus ini sebagai " ".

"Secara harfiah artinya kotoran, tinja, seperti yang di toilet, penerjemahnya mengklarifikasi," kata pernyataan dari Clodagh Malone dan Paul Redmond.

Penyintas pelecehan lain yang hadir pada pertemuan itu, imam muda Belfast, Pastor Patrick McCafferty, mengatakan, "Saya mendapat kesan kuat bahwa tidak ada yang akan bebas dari hukuman, baik para pelaku maupun mereka yang telah menutup-nutupi."

"Dampak yang ditimbulkan oleh mereka yang menutup-nutupi bahkan bisa dikatakan lebih buruk daripada para pelaku."

Irlandia yang dikunjungi Paus Fransiskus kali ini sudah sangat berbeda dengan saat dikunjungi Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1979.

Sejak kunjungan paus asal Polandia tahun 1979, terjadi perubahan besar dalam pandangan publik terhadap berbagai masalah sosial, termasuk aborsi, kontrasepsi, perceraian, dan pernikahan sesama jenis.

Pada tahun 2015, Irlandia melakukan referendum yang hasilnya adalah menyetujui perkawinan gay, sementara pemungutan suara Mei lalu mendukung penuh pencabutan undang-undang tentang abporsi yang sangat ketat.

PM Irlandia Leo Varadkar, seorang gay, mengatakan bahwa ia mengharapkan tindakan lebih jauh dari gereja, lebih dari sekadar kata-kata. - EPA

Paus juga menyimak PM Varadkar, seorang gay, yang berbicara lantang mengecam ajaran tradisional Katolik tentang keluarga.

Varadkar mengatakan, Republik Irlandia telah memodernisasi perundangan mereka, "memahami bahwa pernikahan tak selalu berhasil, bahwa perempuan harus berhak mengambil keputusan mereka sendiri, dan bahwa keluarga bisa memiliki berbagai macam bentuk" - termasuk keluarga yang dikelola oleh orag tua tunggal, orang tua sejenis, atau orang tua yang bercerai dan menikah lagi (dengan orang lain).  

Irlandia tela memilih untuk melakukan perubahan konstitusional pada pernikahan gay pada tahun 2015 dan untuk membatalkan undang-undang aborsi yang ketat pada bulan Mei. [viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita