2019 Gerindra vs PSI, Siapa yang akan Gigit Jari?

2019 Gerindra vs PSI, Siapa yang akan Gigit Jari?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Hubungan partai-partai peserta Pemilu 2019 kian dinamis jelang pendaftaran Pilpres. Gerindra dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berdebat panas.

Adu mulut Gerindra vs PSI diawali dengan komentar elite Gerindra Habiburokhman soal outfit sekjen koalisi Jokowi. Menurut Habiburokhman, kaus berkerah dan sneakers yang dipakai para sekjen koalisi pro-Jokowi tak bisa dibilang sederhana.

"Pakai sneakers disebut sederhana? Coba cek: Bally Rp 7 juta, Nike bisa Rp 3 juta, Adidas bisa Rp 2,5 juta. Sepatu formal mahal? Bata ada yang Rp 500 ribu, Florsheim bisa Rp 1,5 juta," kata Habiburokhman lewat Twitter.

Sekjen PSI Raja Juli Antoni menimpali komentar itu. Bagi Raja Juli, para sekjen tak sedang pencitraan. Lain halnya kalau Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang memakai pakaian sederhana, yang menurutnya hanya akan jadi pencitraan semata.

"Pak Prabowo mau dipakaikan sendal jepit, kaus murah naik... keliling Jakarta, naik metromini, tetap saja tidak merefleksikan kesederhanaan karena memang dia tidak pernah hidup dalam kesederhanaan. Kalau pun dilakukan, akan menjadi pencitraan hambar. Tidak ada yang percaya kecuali pengikut butanya termasuk Habiburokhman," kata Sekjen PSI Raja Juli Antoni lewat keterangannya, Rabu (1/8/2018) malam.

Tak terima ketumnya diseret-seret, anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menyindir PSI. Andre menyinggung elektabilitas PSI di sejumlah lembaga survei yang menempati posisi buncit.

"Saran saya untuk PSI ya, daripada ngurusin Pak Prabowo mau pakai sandal jepit atau apa pun, lebih baik ngurus partainya yang parnoko aja. Lebih baik PSI fokus membesarkan partainya yang sekarang di survei merupakan parnoko, partai nol koma," kata Andre kepada wartawan, Kamis (2/8/2018).

Ketua DPP PSI Tsamara Amany merespons sindiran itu. Dia balik menyindir Gerindra kehabisan bahan menyerang partainya.

"Kalau kritik parnoko itu, ya, lebih tepat sebenarnya ketidakmampuan Gerindra membalas argumen di mana mereka hanya bisa menyerang seperti biasanya. Kalau Gerindra tidak bisa membalas kritik kami dengan jawaban yang berdasar data fakta, ya bagaimana kita bisa mengharapkan Gerindra memenangkan Pemilu 2019? Mungkin harus gigit jari lagi untuk pemilu selanjutnya," kata Tsamara.

Raja Juli Antoni menimpali. Dia mengungkit banyaknya caleg eks napi korupsi yang diusung Gerindra.

"Kami seleksi para caleg kami dengan profesional dan terbuka melibatkan tokoh publik. Hasilnya, PSI satu-satunya parpol yang bersih dari caleg mantan koruptor. Bahkan kami partai pertama yang mendukung KPU mengeluarkan PKPU yang melarang eks koruptor maju menjadi caleg," kata Toni.

"Sementara Gerindra, selain kadernya ada yang membakar sekolah, juga partai juara satu dalam mencalonkan mantan koruptor. Ini menunjukkan tipisnya spirit melawan korupsi di partai pimpinan Prabowo itu," imbuh Toni.

Andre merespons pernyataan Toni. Dia memamerkan sepak terjang Gerindra di bidang antikorupsi.

"Gerindra itu, Raja Juli (Sekjen PSI Raja Juli Antoni), catat, ya, Partai Gerindra adalah satu-satunya partai di DPR yang bersih, tak pernah ditangkap OTT sama KPK," kata anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade, Kamis (2/8/2018).

"Kedua, tidak ada caleg DPR kami yang koruptor," imbuhnya.

Andre menyebut Gerindra termasuk partai yang tidak mendukung Pansus Hak Angket KPK di DPR beberapa waktu lalu. "Ketiga, kami ini partai yang menolak pelemahan KPK di mana partai-partai pendukung Presiden Jokowi koalisinya PSI itu mendukung," ucap Andre. 

Kasus penyiraman air keras ke Novel Baswedan yang tak terungkap sampai saat ini kemudian diungkit Andre. Bagi Andre, kalau Prabowo Subianto yang jadi presiden, kasus Novel akan terungkap dalam hitungan beberapa bulan saja, bukan tahunan.

"Kasus Novel Baswedan, kalau (diibaratkan) orang hamil, sudah punya anak 7 bulan. Kalau Pak Prabowo jadi presiden, 3 bulan paling lambat kasus Novel Baswedan itu beres," jelas Andre.

Partai mana yang akan gigit jari di 2019? [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita