Rupiah Terpuruk, Fahri Hamzah: Habis Soeharto Tumbang Jokowi Hilang

Rupiah Terpuruk, Fahri Hamzah: Habis Soeharto Tumbang Jokowi Hilang

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah turut menanggapi mengenai pelemahan rupiah.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @Fahrihamzah yang diunggah pada Senin (9/7/2018).

Awalnya, Fahri Hamzah mengajak semua orang berdoa agar rupiah menguat.

Ia kemudian mengatakan apabila dirinya mendapat kabar jika pemerintah sudah menghabiskan 20 miliar dollar AS untuk menstabilkan rupiah.

@Fahrihamzah: Mari kita baca alfatihah bagi rupiah yang lagi sekarat....alfatihah...semoga rupiah kuat kembali...

(catatan: pekan lalu saya dapat kabar sudah 20 Milyar USD habis untuk stabilkan rupiah.

Artinya sekitar 20x14.600=Rp.292 T sudah hangus percuma).

Postingan tersebut kemudian ditanggapi oleh netizen dengan akun @avonrm73 yang menyebut pelemahan rupiah masih wajar.

@avonrm73: Sekedar mengingkatkan...thn 1998 dolar pernah naik 15.000.....skrg 2018 dolar 15.000 masih wajar.....

Menanggapi hal itu, Fahri Hamzah kemudian mengatakan jika setelah itu pada tahun 1998 Soeharto tumbang.

Lebih lanjut Fahri juga menyebut hal yang sama bisa terjadi pada Jokowi.

@Fahrihamzah: Habis itu (1998) Suharto tumbang habis itu (2019) jokowi hilang (emoji tertawa).


Diberitakan Kontan, rupiah bergerak di level Rp 14.300 hingga Rp 14.400.

Analis Monex Investindo Faisyal menilai, sentimen penurunan cadangan devisa Juni US$ 3,1 miliar berpotensi membuat rupiah tertekan.

"Selain itu, belum ada data ekonomi dalam negeri yang bisa mendorong rupiah secara signifikan pekan ini,” kata dia, Jumat (6/7).

Meski rupiah terus terpuruk, Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan jika investor tak akan panik.

"Enggak ada itu mereka panik. Baik-baik saja sebab mereka lihat fundamental Indonesia masih bagus dan mereka juga lihat pemerintah biasa-biasa saja, jadi enggak ada masalah," ucap Luhut di kantornya, Kamis (28/6/2018), dikutip Kompas.com.

Luhut menilai jika anjloknya rupiah adalah wajar, melihat dari dampak tekanan global.

Di sisi lain, Deputi I bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Purbaya Yudi Sadhewa menambahkan bahwa tekanan terhadap rupiah merupakan dampak perang dagang antara AS dan China yang turut membuat ekonomi global tertekan.

Adapun kondisi tersebut kemudian memunculkan kekhawatiran akan berulangnya krisis pada 1998.

Akan tetapi, Purbaya memastikan hal tersebut tak akan terjadi mengingat perekonomian domestik masih baik.

Selain itu, Indonesia juga telah belajar banyak pasca-krisis global 2008 yang mampu bertahan kala itu.

"Saya pikir pengetahuan kita sudah cukup untuk mengatasi global ekonomi fluktuasi yang sekarang dan perlu dicatat juga, ekspor kita ke PDB cuma 20 persen. Hampir 80 persen ekonomi kita domestik. Jadi fokus kita adalah menjaga ekonomi domestik supaya tetap tumbuh," katanya.

Adapun dengan fokus menjaga ekonomi domestik, Purbaya yakin ekonomi global Indonesia akan tetap tumbuh baik di tengah gejolak yang ada.

"Jadi kita enggak usah panik sebab ilmu kita sudah cukup, pengalaman sudah cukup. Jadi kalau diterapkan, ekonominya juga tetap baik," imbuhnya.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita