Sultan Jogja: Jangan Puja Pancasila Layaknya Ajimat

Sultan Jogja: Jangan Puja Pancasila Layaknya Ajimat

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Tokoh nasional beserta para akademisi dari Jogjakarta bergantian berorasi dalam peringatan hari lahir (harlah) Pancasila di hadapan ribuan para penggemar grup band Slank, di Lapangan Graha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (1/6).

Dalam konser Indonesia Damai tersebut, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi mengajak kepada hadirin untuk kembali memperkuat Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan juga kebhinekaan.

Dikatakannya, dulu berkat persatuan, bangsa Indonesia ini mendapatkan beberapa mukjizat. Terjajah selama sekitar 434 tahun, namun akhirnya dapat membangun sebuah negara yang besar bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Tidak ada nasionalisme dimana-mana membelah negara, tetapi di Indonesia nasionalisme mempersatukan bangsa Indonesia dari kemajemukannya yang berlapis-lapis," katanya.

Mukjizat yang lain, tidak ada negara-negara di dunia ini yang penguasa, raja-raja atau Sultan-sultan yang dengan begitu mudahnya menyerahkan kekuasaan mereka dengan segala konsekuensi konstitusionalnya. Kepada sebuah negara yang baru sekedar nama yaitu NKRI.

Lalu, tidak pernah ada dalam sejarah 2 super power yang bertarung dalam teknologi militer sangat canggih. Yaitu Amerika melawan Jepang. "Tetapi bangsa Indonesia bisa merdeka karenanya. Untuk bisa merdeka bangsa Indonesia seharusnya memiliki teknologi militer seperti Jepang ditambah Amerika ditambah milik Indonesia sendiri. Tetapi berkat persatuan kita bisa tampil sebagai negara merdeka, negara besar yang hari ini kekuasaan dan wilayahnya melebihi banyak negara di dunia," ucapnya.

Sementara itu, Raja Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X juga mengatakan, saat ini rakyat bertanya mengapa bumi Nusantara terus terusik oleh mereka yang mendua hati terhadap Pancasila. "Kenapa Pancasila selalu disulut ancaman radikalisasi dan intoleransi. Bukankah kita mendapatkan harmoni, bukan antipati, damai bukannya bertikai," katanya.

Maka, guna menguatkan sejarah bangsa ke depan, ia mengajak agar janganlah Pancasila dipuja layaknya ajimat keramat. "Tapi jadikanlah ia khidmat yang bermanfaat," ujarnya.

Pancasila juga bukan untuk disimpan bagai monumen di keranda mati. Namun, juga dipakai sebagai momen gumregahnya aksi.

Dalam acara itu, hadir pula tokoh dari Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif. Ia juga menyampaikan, lebih pada perjuangan sila kelima Pancasila. Berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ia juga mengutip Pasal 33, yang berbunyi bumi dan air, dan kekayaan alam di bawahnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat. Namun itu sampai kini belum terjadi.

"Inilah perjuangan yang sungguh-sungguh tidak boleh kita lupakan. Sikap ekonomi kita belum sesuai dengan Pancasila, masih kapitalisme itulah yang kita lawan. Kita berharap pemerintah yang telah bekerja keras coba luruskan kiblat ekonomi," ucapnya.

Dalam konser Slank yang dihadiri ribuan Slankers tersebut, dimulai sekitar pukul 16.30 WIB. Sempat ada kendala, karena air yang disemprot dari petugas pemadam kebakaran mengarah ke panggung dan membasahi sound system.

Namun akhirnya perayaan lahirnya Pancasila tersebut berjalan lancar. Slank dengan lagu-lagunya seperti I Miss You but I Hate You, Balikin, dan lainnya mampu menghibur para penggemarnya. [jawapos]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita