www.gelora.co - Perubahan nama Istana Olahraga (Istora) Gelora Bung Karno atau Istora Senayan menjadi “Blibli Arena” terkait Indonesia Open 2018, menjadi sinyal bahwa Pemerintahan Joko Widodo telah dikuasai korporasi. Bisa juga dikatakan, rezim Jokowi telah melupakan jasa besar Bung Karno.
Pendapat ini disampaikan pengamat politik Muhammad Huda dalam pernyataannya kepada Itoday pada hari Selasa (08/05) kemarin.
“Rezim ini aneh, mengaku paling Soekarnois tetapi jejak Soekarno di Istora Senayan dihapus oleh korporasi Blibli,” tegas Huda.
Menurut Huda, kendati hal semacam ini sudah biasa di dunia olahraga, sudah seharusnya Rezim Jokowi tidak perlu kalah dengan korporasi Blibli yang ikut membantu maupun ikut mensponsori kegiatan olahraga. “Boleh membantu tetapi jangan sampai ikut mengubah nama bersejarah Istora Senayan. Dari sisi sejarah, Istora ini beda dengan stadion lain,” jelas Huda.
Huda mensinyalir, perubahan nama itu ada tujuan politik tertentu terkait pendanaan di Pemilu 2019. “Kita patut curiga demi dana Pemilu berani mengorbankan nama bersejarah. Ini yang harus diungkap ke publik,” papar Huda.
Soal ini, Huda pesimis pihak DPR khususnya Komisi X memanggil pihak pengelola maupun Kemenpora untuk menanyakan perubahan nama Istora Senayan itu. “Walaupun dipanggil tetapi tidak ada tindak lanjut. Nampaknya sudah ada perjanjian dan tidak bisa dibatalkan dalam perubahan nama itu,” pungkasn Huda.
Istora Senayan telah berganti nama menjadi Blibli Arena. Dalam rilis resmi hari Senin (7/5), perubahan nama Istora Senayan dilakukan jelang turnamen bulutangkis Indonesia Terbuka 2018 pada Juli 2018.
“Perubahan nama Istora Senayan menjadi Blibli Arena menunjukkan totalitas kami mendukung kegiatan positif masyarakat Indonesia, yang salah satunya dengan terjun ke event olahraga bulutangkis dan kami akan total mendukung kesuksesan Indonesia Open 2018 untuk kemajuan perbulutangkisan Indonesia,” kilah CEO Blibli.com, Kusumo Martanto. (it)