Kemimpinan Nasional dalam Pertumbuhan Ekonomi (Meroket?)

Kemimpinan Nasional dalam Pertumbuhan Ekonomi (Meroket?)

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Gde Siriana Yusuf
www.gelora.co - "The greatest leader is not necessarily the one who does the greatest things. He is the one that gets the people to do the greatest things." --Ronald Reagan

Saya menyukai definisi leadership di atas, karena jelas membedakan Leader sejati dengan typical seorang Manajer.

Pemimpin besar belum tentu orang yang melakukan hal-hal besar. Tetapi jelas dia memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang banyak, menjadi inspirasi orang lain untuk melakukan hal-hal yang besar.

Kemampuan leader dalam pembangunan bukan dilihat dari high-economic growth... itu hanya hasil akhir... tapi key word nya adalah leader tersebut mampu menggerakkan semua orang, semua sektor, semua elemen, untuk bersama2 memobilisasi all sources yg digunakan utk menuju kepada visi bersama...

Itulah esensi leadership

Indonesia adalah negara populasi tinggi... utk memiliki ekonomi yg kuat butuh growth 6-7%... lihat Cina, India... angka itu yg ideal utk menyerap atau menciptakan kerja...

Tetapi utk capai 6-7% bukan semata bermodalkan faktor2 ekonomi... tapi membutuhkan leadership yang inspiratif, influencing, and trust.

Pertumbuhan ekonomi tidak bekerja dg dirinya sendiri, tetapi hasil reciprocal atau timbal balik dg faktor-faktor non-economic lain.

Misalnya perubahan sosial... pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan perubahan sosial... pola konsumsi masyarakat, cara berpikir, cara hidup dll. Sebaliknya perubahan sosial yg positif akan menciptakan pertumbuhan ekonomi... jadi keduanya merupakan pendukung sekaligus hasil.

Kedua, good governance. Governance bukan government (pemerintah) tetapi tata kepemerntahan, yg terdiri dari government, civil society dan korporasi. Semua berada dalam posisi seimbang. Beberapa Prinsip yg diutamakan dalam good governance adalah transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan partisipasi. Good governance juga memberi dukungan bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya ekonomi yg tmbuh baik bagi perkembangan good governance karena nilai-nilai demokrasi makin berkualitas sejalan naiknya taraf hidup orang banyak. Dmokrasi menuntut transparansi, akuntabilitas, partisipasi rakyat.

Pada perubahan sosial dan good governance, benang merah nya adalah leadership. Pemimpin yg dipercaya, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang banyak utk bergerak pada kebaikan, memiliki kemampuan untuk memainkan role-play dalam ekonomi-politik, pasti akan didukung orang banyak.

Jadi skrg kita bisa menjawab mengapa pertumbuhan ekonomi kita stagnan? Mengapa infrastruktur tdk didukung rakyat? Kuncinya adalah pada leadership Jokowi...

Growth 5% baik atau buruk? Jawabannya relatif. Tapi jika kita melihat potensi sumber daya kita lebih baik dari India, seharusnya kita juga tumbuh 7%. Tapi posisi rangking korupsi kita (index korupsi) lebih buruk dari India dan China...kembali lagi ini soal leadership pada good governance. Tidak akan ada pertumbuhan tinggi jika korupsi masih tinggi. Ini indikator efisensi dan produktifitas dari hutan-hutang pemerintah.

Koq masih ada korupsi? Kan ada revolusi mental?

Apakah rakyat paham revolusi mental apa? Apa hasilnya selama 3 tahun? Bgm para pendukung jokowi menjalankan revolusi mental dalan kehidupan sehari2? Mengapa mereka tdk menjadi inspirasi bagi rakyat banyak?

Ini soal trust. Pemimpin menjadi inspirator bagi hidup orang lain jika sudh mendapatkan trust dr orang yg dipimpinnya.

PM india Narendra Modi bukan tipe pemimpin yg gemar pencitraan... main kodok, tinju, pancho, choper, apalagi bagi2 hadiah sambil lempar2 dari mobil... lalu rakyat nya berlari2 mengejar sperti pengemis di jalan raya pantura mengejar uang recehan yg dilempar para pengendara. Tapi dia membangun infrastruktur yg mempekerjakan warga lokal, membangun fundamental ekonomi yang berbasis ekonomi rakyat tetapi di sisi lain mengembangkan industri teknologi murah. Hasilnya? India tumbuh 7-7,5% selama 4 tahun terakhir dan pendapatan perkapita jauh di atas Indonesia.

Kita masih jauh mengejar India, apalagi China. Bahkan IPM index pembangunan manusia indonesia, rata2 pertumbuhannya masih di bawah Vietnam.

Pemimpin yg disebut Ronald Reagen tadi adalah Pemimpin transformasional, pemimpin yg berbagi visi (bukan visi kemauannya sendiri), menjual nilai-nilai dan memberi ruang partisipasi orang banyak. Perspektifnya mengutamakan kualitas.

Berbeda dengan pemimpin transaksional yg membangun relasi-relasi dengan pengikutnya berbasis material/ekonomi, dan kuantitas. Bagi-bagi sepeda, hadiah, kartu, setifikat adalah perilaku transaksional..itu semua bukan perilaku yg inspiratif dan mengajarkan nilai-nilai, bukan solusi yang substansial dan fundamental.

Dalam realitas, banyak orang yang mengaku menjadi pemimpin transformasional. Tapi sesungguhnya mereka hanya pseudo transformational leader. Visi yg mereka jual sangat manipulatif, menipu rakyat. Jika kita tengok ke masa lalu, Hitler dan Mahatma Gandhi adlah pemimpim transformational bagi bangsanya masing-masing. Tapi tanpa perlu diperdebatkan lagi, kita akan sepakat bahwa Hitler sebagai yg Pseudo Transformational Leader dan sebaliknya Gandhi is authentic tranformational Leader.[tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita