Perundingan Mandek, Putin Tegaskan Rusia Siap Perang dengan Eropa

Perundingan Mandek, Putin Tegaskan Rusia Siap Perang dengan Eropa

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Perundingan Mandek, Putin Tegaskan Rusia Siap Perang dengan Eropa

GELORA.CO -
  Rusia dan AS tak mencapai kemajuan menuju kesepakatan damai Ukraina selama perundingan. Demikian diungkapkan seorang ajudan senior Vladimir Putin, beberapa jam setelah presiden Rusia tersebut mengeluarkan ancaman bahwa Moskow siap berperang dengan Eropa.

Dalam pernyataannya kepada media Rusia, ajudan Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa setelah pertemuan lima jam dengan utusan Trump, Steve Witkoff, dan menantu Trump, Jared Kushner, tidak bisa lebih maju untuk menyelesaikan krisis di Ukraina. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Ushakov menyebut pertemuan itu sangat bermanfaat, konstruktif, dan informatif. Namun kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan mengenai isu-isu utama, termasuk potensi garis kendali teritorial. "Beberapa aspek negosiasi tidak akan diungkapkan," kata Ushakov.

Ia mengindikasikan bahwa pertemuan puncak berikutnya antara Trump dan Putin tidak akan segera terjadi.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, kemudian mengatakan bahwa beberapa kemajuan telah dicapai terkait jaminan keamanan. "Apa yang telah kami coba lakukan, dan saya pikir telah mencapai beberapa kemajuan, adalah mencari tahu, apa yang bisa diterima Ukraina yang memberi mereka jaminan keamanan untuk masa depan," kata Rubio kepada Fox News.

Ia menambahkan bahwa AS berharap perundingan akan memungkinkan mereka tidak hanya membangun kembali ekonomi, tetapi juga untuk sejahtera sebagai sebuah negara.

Pernyataan Agresif Putin


Penilaian yang relatif pesimis terhadap diplomasi Selasa malam disampaikan menyusul pernyataan pembuka yang agresif dari Putin.  

Ia menuduh kekuatan Eropa menyabotase perdamaian di Ukraina. Tuntutan Eropa untuk mengakhiri perang tak dapat diterima oleh Rusia.

"Eropa menghalangi pemerintah AS untuk mencapai perdamaian di Ukraina," kata Putin, seraya menambahkan: "Rusia tidak bermaksud untuk melawan Eropa, tetapi jika Eropa memulai, kami siap sekarang juga."

Putin tidak menjelaskan tuntutan Eropa mana yang dianggapnya tidak dapat diterima. "Mereka berada di pihak perang," kata Putin tentang kekuatan-kekuatan Eropa.

Proposal perdamaian


'Witkoff, dalam kunjungan keenamnya ke Moskow tahun ini, diperkirakan akan menyampaikan kepada Putin versi terbaru proposal perdamaian AS yang disusun dengan masukan dari seorang pejabat senior Rusia dan direvisi agar lebih dapat diterima oleh Kyiv.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan ia menunggu sinyal dari delegasi AS setelah pertemuan Paman Sam dengan Putin. Terdapat skeptisisme soal kesiapan Rusia menerima konsesi.

"Saya siap menerima semua sinyal dan siap untuk bertemu dengan Presiden Trump," tulis Zelenskyy di X. "Semuanya tergantung pada diskusi hari ini."

Beberapa media AS melaporkan bahwa Zelenskyy diperkirakan akan bertemu dengan Witkoff dan Kushner di Eropa setelah pertemuan tersebut.

Tayangan video singkat dari Kremlin menunjukkan kedua delegasi kecil duduk di sisi berlawanan dari sebuah meja putih oval, dengan Putin duduk di sebelah para penasihatnya, Kirill Dmitriev dan Yuri Ushakov.

Putin bertanya kepada Witkoff dan Kushner tentang tur singkat mereka di Moskow sebelum pertemuan. Witkoff menyebutnya sebagai kota yang megah. Tayangan video tersebut kemudian terputus.

Kedua sekutu Trump tersebut tiba di Moskow pada Selasa setelah bertemu dengan para pejabat Ukraina di Florida pada akhir pekan untuk membahas revisi rencana perdamaian 28 poin awal, yang sebagian besar menguntungkan Moskow.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, sebelumnya pada Selasa mengatakan bahwa Putin dan Witkoff akan membahas "kesepahaman" yang dicapai baru-baru ini antara Washington dan Kyiv. Rusia tetap terbuka untuk perundingan tetapi akan bersikeras untuk mencapai tujuannya.

Tujuan-tujuan tersebut merupakan tuntutan luas yang akan sangat mengikis kedaulatan Ukraina, termasuk pemotongan besar-besaran pada angkatan bersenjatanya, larangan bantuan militer Barat, pembatasan luas terhadap kemerdekaan politik, dan penyerahan wilayah yang dikuasai Ukraina di wilayah timur negara itu.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita