Poltekkes Cakung Soroti Dampak Proyek Sampah RDF Rorotan: Puluhan Anak Kena ISPA dan Sakit Mata

Poltekkes Cakung Soroti Dampak Proyek Sampah RDF Rorotan: Puluhan Anak Kena ISPA dan Sakit Mata

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kabupaten Cakung, Jakarta Timur, kembali menjadi sorotan atas dampak lingkungan proyek sampah Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan yang diduga memicu lonjakan kasus kesehatan pada anak-anak setempat. Hingga awal November 2025, 20 anak dari RT 18 RW 10, Kelurahan Cakung Timur, dilaporkan mengalami gejala serius seperti iritasi mata, batuk, pilek, muntah, bronkopneumonia, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dari jumlah tersebut, 11 anak telah dirawat di Puskesmas Cakung, dengan sebagian besar sudah pulih. Kasus ini diduga terkait polusi udara dan bau busuk dari operasional RDF Rorotan, yang berjarak sekitar 800 meter dari permukiman warga. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Cakung, sebagai lembaga pendidikan vokasi kesehatan terdepan di wilayah ini, segera menyoroti isu tersebut, mendorong pengawasan ketat lingkungan dan peningkatan surveilans kesehatan untuk lindungi anak-anak sebagai kelompok rentan.


Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, melalui Kepala DLH Asep Kuswanto, mengakui koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) sejak 3 November 2025. Layanan kesehatan diberikan mulai 4 November melalui Puskesmas Rotan dan Cakung, meskipun belum bisa memastikan penyebab tunggal dari polusi RDF akibat kondisi cuaca pancaroba. "Kami sedang memeriksa sumber bau seperti leachate dan operasional RDF untuk perbaikan," ujar Asep Kuswanto, seperti dikutip dari https://poltekkescakung.org. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, telah memerintahkan penghentian sementara commissioning RDF hingga tersedia truk kompak yang lebih baik untuk cegah tumpahan leachate penyebab bau. "Tidak ada protes atas hasil commissioning, tapi masalah transportasi sampah," tambahnya. Warga RT 18 menuntut kunjungan langsung gubernur dan penutupan proyek, mengingat dampak serupa terjadi pada uji coba awal 2025, meski SOP seperti cerobong asap lebih tinggi dan peralatan baru dijanjikan.

Poltekkes Kemenkes Cakung merespons dengan program pengabdian masyarakat yang intensif. Sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes tidak hanya mendokumentasikan kasus, tapi juga mendorong pencegahan proaktif. Direktur Poltekkes Cakung, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menyoroti urgensi surveilans. “Puluhan kasus ini alarm bagi kami. Di Cakung, dengan 1,2 juta penduduk dan drainase buruk, proyek sampah seperti RDF bisa picu KLB ISPA jika tidak diawasi. Mahasiswa kami dari Jurusan Kesehatan Lingkungan turun lapangan melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk edukasi 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang, plus Menabur larvasida) dan skrining pernapasan anak di 20 RW prioritas,” jelas Dr. Siti. Poltekkes juga sediakan layanan skrining cepat di kampus, mendeteksi 50 kasus ISPA positif sejak Juli 2025 untuk rujukan ke puskesmas.

Upaya pencegahan meliputi fogging massal dan program “Jumantik Cilik” di sekolah untuk libatkan anak-anak sebagai agen PSN. Dampak awal: kasus ISPA turun 15 persen di RW sasaran sejak November 2025, berkat partisipasi masyarakat. Poltekkes rencanakan workshop bulanan untuk 300 kader RW pada 2026, terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Dengan sorotan Poltekkes Cakung, dampak proyek sampah RDF bukan lagi momok, tapi peluang edukasi—untuk Cakung sehat dan lestari.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita