Mohammad Guntur Romli: Ahmad Ali Masuk PSI Strategi Bertahan Hidup

Mohammad Guntur Romli: Ahmad Ali Masuk PSI Strategi Bertahan Hidup

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -Politikus PDIP, Mohammad Guntur Romli menyinggung rekam jejak kasus hukum Ketua Harian Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ahmad Ali. 

Di antaranya soal penggeledahan rumah Ahmad Ali oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan penyitaan Rp3,4 miliar beserta tas dan jam mewah.

Pernyataan Guntur ini merespons sindiran Ahmad Ali soal adanya nenek-nenek masih menjabat ketua umum partai politik.




Diketahui, KPK pernah menggeledah rumah pribadi Ahmad Ali pada 4 Februari 2025. Uang miliaran hingga jam dan tas disita tim penyidik KPK saat melakukan penggeledahan di rumah bekas Politikus Partai Nasdem itu. 

Barang bukti itu diduga berkaitan dengan kasus penerimaan gratifikasi dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang menjerat mantan Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Rita Widyasari.

“Dengan situasi seperti itu, sangat mudah membaca kenapa hari ini ia menjadi pembela Jokowi paling vokal. Itu bukan soal loyalitas melainkan strategi bertahan hidup, mencari ruang yang terasa lebih aman secara politik,” kata Guntur kepada RMOL sesaat lalu, Senin 24 November 2025.

Di sisi lain, lompatan Ahmad Ali dari Partai NasDem ke PSI, lanjut Guntur, justru semakin memperlihatkan pola oportunisme. Setelah kalah di Pemilu 2024 dan kehilangan pengaruh di NasDem, ia justru langsung diberi posisi strategis sebagai Ketua Harian PSI.

“Publik pun tertawa kecil karena ini bukan lompatan ideologis. Ini lompatan oportunis. Maka ketika Ahmad Ali berkata, “Sialnya Pak Jokowi dihina, dimaki-maki”, yang tersenyum miris justru publik. Sebab kalimat semacam itu hanya memperlihatkan betapa jauh ia siap memutar logika dan merangkak ke mana pun demi menyelamatkan citranya sendiri,” selorohnya. 

Atas dasar itu, Guntur menilai sindiran-sindiran Ahmad Ali untuk membela Jokowi tak lebih dari sekadar ekspresi ketakutan.

“Suara keras Ahmad Ali bukanlah suara keberanian. Itu hanyalah gema ketakutan-ketakutan yang ditutupi dengan teriakan, dan diarahkan pada siapa saja yang dianggap mengganggu sandaran politik yang kini ia perlukan,” pungkas Guntur

Sumber: RMOL 
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita