Oleh:Adian Radiatus
BELUM lama ini, adik kandung Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo membocorkan informasi yang mencengangkan sekaligus sangat memprihatinkan.
Prabowo ditawari duit 1 miliar dolar AS dan Hashim 1,5 miliar dolar AS.
Bukan tentang nilainya yang demikian besar, tetapi juga cara pandang yang berani untuk "menyogok" seorang Presiden bahkan juga kepada adiknya.
Kalau tingkat kejahatan sudah demikian super levelnya, maka tak dapat dibayangkan bagaimana sindikat ini telah mampu menguasai oknum-oknum pejabat di bawah level Presiden. Tentu saja ini bukan suatu hal yang mustahil.
Jadi kita semakin yakin mengapa cukup banyak kelompok elite yang tersebar dalam birokrasi kekuasaan maupun pebisnis terkait kekayaan alam, tambang dan migas, secara halus menyerang, bahkan dalam konteks tertentu memiliki niatan menjatuhkan kekuasaan Presiden Prabowo.
Tidak mustahil ada dalang-dalang di balik upaya makar di penghujung Agustus lalu. Suatu indikasi kuat akan keterkaitannya.
Memang harus diakui betapa beratnya beban rintangan dan hadangan yang dihadapi Presiden Prabowo dalam jangankan membangun negeri ini.
Membenahi saja sudah menguras energi dan pikiran melihat dahsyatnya persoalan bangsa dan negara ini. Terutama pasca pesta pora penjahat kerah putih selama sepuluh tahun kekuasaan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Persoalan yang ditinggalkan Jokowi cs ternyata jauh lebih buruk dari yang tampak di permukaan selama ini.
Secercah harapan rakyat telah menjadi sebongkah keyakinan dan kepercayaan kuat bahwa Presiden Prabowo sungguh tegak lurus bersama upaya melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Sehingga tentunya jangan pernah ragu bahwa Presiden tahu persis mana pembantunya yang tulus dan lurus dan yang mana bulus dan culas.
Persoalan bangsa yang seharusnya mudah, mengingat sedemikian besarnya kekayaan alam yang terkandung, berubah menjadi pelik dan rumit akibat keserakahan dan kerakusan dari elemen-elemen kekuasaan selama ini.
Hal ini tampak dari banyaknya pejabat tinggi negara, terkhusus yang berada dalam lingkaran Jokowi dengan tingkat kekayaan yang melonjak secara "ajaib".
Presiden Prabowo dibantu oleh tim dan lembaga kepresidenannya telah dengan sistematis melakukan langkah-langkah penyelesaian dan penanganan yang dibutuhkan bangsa ini.
Setiap kebijakannya adalah cahaya harapan yang membesarkan hati rakyat, sementara semakin mengecilkan hati para penjahat negara yang bersembunyi menanti pertanggung jawaban atas perbuatannya.
Apa yang terungkap oleh Kejaksaan, KPK termasuk juga segala yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan adalah bagian dari episode "langkah Prabowo" yang sangat amat mencerahkan harapan bagi tegaknya kedaulatan rakyat.
Bayangkan Presiden dan adik Presiden hendak diumpan dengan jumlah dolar AS sedemikian besarnya yang dalam nilai rupiah bisa mencapai 25 triliun.
Ini menunjukan betapa buruknya mental para pejabat negara ini di mata mereka. Namun baik Presiden maupun adiknya dengan tegas menyatakan "No". Tidak. Semoga Presiden, adik Presiden dan keluarga besarnya diberikan hidayah yang sebesar-besarnya.
GELORA.CO -BELUM lama ini, adik kandung Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo membocorkan informasi yang mencengangkan sekaligus sangat memprihatinkan.
Prabowo ditawari duit 1 miliar dolar AS dan Hashim 1,5 miliar dolar AS.
Bukan tentang nilainya yang demikian besar, tetapi juga cara pandang yang berani untuk "menyogok" seorang Presiden bahkan juga kepada adiknya.
Kalau tingkat kejahatan sudah demikian super levelnya, maka tak dapat dibayangkan bagaimana sindikat ini telah mampu menguasai oknum-oknum pejabat di bawah level Presiden. Tentu saja ini bukan suatu hal yang mustahil.
Jadi kita semakin yakin mengapa cukup banyak kelompok elite yang tersebar dalam birokrasi kekuasaan maupun pebisnis terkait kekayaan alam, tambang dan migas, secara halus menyerang, bahkan dalam konteks tertentu memiliki niatan menjatuhkan kekuasaan Presiden Prabowo.
Tidak mustahil ada dalang-dalang di balik upaya makar di penghujung Agustus lalu. Suatu indikasi kuat akan keterkaitannya.
Memang harus diakui betapa beratnya beban rintangan dan hadangan yang dihadapi Presiden Prabowo dalam jangankan membangun negeri ini.
Membenahi saja sudah menguras energi dan pikiran melihat dahsyatnya persoalan bangsa dan negara ini. Terutama pasca pesta pora penjahat kerah putih selama sepuluh tahun kekuasaan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Persoalan yang ditinggalkan Jokowi cs ternyata jauh lebih buruk dari yang tampak di permukaan selama ini.
Secercah harapan rakyat telah menjadi sebongkah keyakinan dan kepercayaan kuat bahwa Presiden Prabowo sungguh tegak lurus bersama upaya melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Sehingga tentunya jangan pernah ragu bahwa Presiden tahu persis mana pembantunya yang tulus dan lurus dan yang mana bulus dan culas.
Persoalan bangsa yang seharusnya mudah, mengingat sedemikian besarnya kekayaan alam yang terkandung, berubah menjadi pelik dan rumit akibat keserakahan dan kerakusan dari elemen-elemen kekuasaan selama ini.
Hal ini tampak dari banyaknya pejabat tinggi negara, terkhusus yang berada dalam lingkaran Jokowi dengan tingkat kekayaan yang melonjak secara "ajaib".
Presiden Prabowo dibantu oleh tim dan lembaga kepresidenannya telah dengan sistematis melakukan langkah-langkah penyelesaian dan penanganan yang dibutuhkan bangsa ini.
Setiap kebijakannya adalah cahaya harapan yang membesarkan hati rakyat, sementara semakin mengecilkan hati para penjahat negara yang bersembunyi menanti pertanggung jawaban atas perbuatannya.
Apa yang terungkap oleh Kejaksaan, KPK termasuk juga segala yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan adalah bagian dari episode "langkah Prabowo" yang sangat amat mencerahkan harapan bagi tegaknya kedaulatan rakyat.
Bayangkan Presiden dan adik Presiden hendak diumpan dengan jumlah dolar AS sedemikian besarnya yang dalam nilai rupiah bisa mencapai 25 triliun.
Ini menunjukan betapa buruknya mental para pejabat negara ini di mata mereka. Namun baik Presiden maupun adiknya dengan tegas menyatakan "No". Tidak. Semoga Presiden, adik Presiden dan keluarga besarnya diberikan hidayah yang sebesar-besarnya.
(Pemerhati sosial dan Politikdan Politik)
