Poltekkes Sintang Kab Perkuat Layanan Kesehatan di Pedalaman: 140 Bidan Baru Siap ke Wilayah Terpencil

Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, yang mayoritas wilayahnya merupakan hutan dan pedalaman, terus menghadapi tantangan akses layanan kesehatan dasar bagi masyarakat terpencil. Di tengah keterbatasan infrastruktur dan jarak tempuh yang ekstrem, Pemerintah Kabupaten Sintang meluncurkan program strategis dengan menempatkan 140 bidan baru untuk memperkuat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Inisiatif ini menjadi wujud nyata komitmen Poltekkes Kemenkes Sintang sebagai lembaga pendidikan vokasi kesehatan terdepan, yang tidak hanya mencetak tenaga medis kompeten, tapi juga mendukung implementasi di lapangan melalui pelatihan lanjutan dan pengabdian masyarakat.

Peluncuran 140 bidan baru ini digelar pada 25 November 2025 di Aula Kantor Dinas Kesehatan Sintang, dihadiri Bupati Sintang, Jarot Winarno, dan Direktur Poltekkes Sintang, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes. Para bidan ini merupakan lulusan segar dari berbagai politeknik kesehatan, termasuk Poltekkes Sintang, yang telah menjalani orientasi intensif selama dua minggu. Bupati Jarot Winarno menekankan, “140 bidan baru ini siap perkuat layanan kesehatan di pedalaman Sintang. Mereka akan ditempatkan di puskesmas terpencil dan desa-desa rawan untuk tingkatkan cakupan ANC (Antenatal Care), persalinan aman, dan imunisasi bayi,” seperti dikutip dari https://poltekkessintangkab.org.

Poltekkes Kemenkes Sintang memainkan peran krusial dalam program ini. Sebagai institusi yang fokus pada pendidikan vokasi kesehatan, Poltekkes Sintang telah meluluskan puluhan bidan setiap tahun, yang kini ditempatkan di wilayah pedalaman seperti Kecamatan Tempah, Semangit, dan Nyarumandau. Dr. Siti Nurhaliza menyatakan, “Kami bangga lulusan kami menjadi tulang punggung layanan kesehatan di daerah terpencil. Mereka dilatih tidak hanya secara teknis, tapi juga adaptasi dengan kondisi lapangan: transportasi sulit, cuaca ekstrem, dan budaya lokal Dayak yang kental.” Pelatihan orientasi mencakup simulasi penanganan darurat obstetri, penggunaan alat medis portabel, dan komunikasi efektif dengan masyarakat adat.

Tantangan layanan kesehatan di pedalaman Sintang memang kompleks. Dengan luas wilayah 12.800 km², sebagian besar akses hanya bisa melalui sungai atau jalan tanah yang rusak saat hujan. Sebelumnya, angka kematian ibu (AKI) di Sintang mencapai 150 per 100.000 kelahiran hidup, di atas rata-rata nasional. Penempatan 140 bidan baru ini diharapkan menekan AKI hingga di bawah 70 per 100.000 pada 2026, melalui peningkatan kunjungan rumah dan posyandu mobile. “Bidan ini akan jadi 'dokter desa' yang dekat dengan masyarakat, memastikan setiap ibu hamil dapat pemeriksaan minimal 4 kali dan persalinan dibantu tenaga terlatih,” tambah dr. Yulia Herawati, Kepala Dinkes Sintang.

Poltekkes Sintang tidak berhenti pada pelatihan. Melalui Program Pengabdian Masyarakat (Pengabmas), 100 mahasiswa Jurusan Kebidanan diterjunkan untuk mendampingi bidan baru selama tiga bulan pertama. Mereka melakukan sosialisasi nutrisi ibu hamil, pencegahan stunting, dan deteksi dini komplikasi kehamilan di desa-desa terpencil. “Ini bagian dari Tri Dharma kami: pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Mahasiswa belajar langsung, sementara masyarakat dapat layanan gratis,” jelas Dr. Siti Nurhaliza.

Program ini juga terintegrasi dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), di mana bidan baru dilengkapi aplikasi digital untuk rujukan cepat ke RSUD Sintang. Bupati Jarot optimis, “Dengan 140 bidan ini, Sintang akan jadi model kabupaten sehat di Kalbar. Pedalaman bukan lagi beban, tapi peluang untuk inovasi kesehatan.”

Dengan peran aktif Poltekkes Sintang, layanan kesehatan di pedalaman semakin kuat. Inisiatif ini bukan hanya tentang angka, tapi tentang nyawa ibu dan bayi yang diselamatkan. Sintang sehat, Indonesia maju—itu visi yang kini menjadi kenyataan.