GELORA.CO -Pembukaan Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar di kawasan Ancol, Jakarta, Sabtu, 28 September 2025, berakhir ricuh.
Kericuhan terjadi di tengah tingginya tensi politik internal yang mewarnai jalannya forum tertinggi partai berlambang Ka’bah itu.
Analis komunikasi politik, Hendri Satrio, mengaku tidak terkejut dengan dinamika yang terjadi. Menurutnya, konflik terbuka kerap muncul di tubuh partai yang tidak memiliki tokoh sentral sebagai figur pemersatu.
“Kok nggak kaget lihat Muktamar PPP banyak dramanya. Partai tanpa tokoh sentral ya begitu,” ujar Hensat, sapaan akrabnya, lewat akun X miliknya di Jakarta, Minggu, 28 September 2025.
Meski demikian, dia menilai kondisi ini bisa dimaknai positif sebagai bagian dari proses demokrasi yang berjalan di lingkup partai politik. Namun ia mengingatkan agar tidak ada pihak yang tergesa-gesa mengklaim kemenangan sebelum proses pemilihan benar-benar selesai.
“Bagus, proses demokrasi bisa berjalan mulai dari partai politik, asal nggak ada klaim menang salah satu pihak padahal pemilihan belum berjalan. Klaim sebelum pemilihan biasanya akan merusak partai,” tegas Hendri.
Situasi di Muktamar X PPP ini disebutnya menjadi ujian bagi kepemimpinan partai dalam menjaga soliditas dan memastikan forum berjalan sesuai aturan, tanpa menambah luka perpecahan di internal.
Sumber: RMOL