Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, memasuki masa transisi musim yang rentan memicu lonjakan kasus penyakit menular. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Merangin, sebagai garda terdepan pendidikan vokasi kesehatan di wilayah tersebut, menggelar sosialisasi khusus untuk mengingatkan masyarakat tentang tiga jenis penyakit yang patut diwaspadai: diare, influenza, dan demam berdarah dengue (DBD). Kegiatan ini digelar pada 10 September 2025 di Aula Poltekkes Merangin, dihadiri oleh ratusan mahasiswa, tenaga kesehatan, dan warga setempat. Inisiatif ini menjadi respons cepat terhadap peringatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jambi tentang peningkatan risiko penyakit akibat perubahan suhu, sebagaimana dilaporkan oleh https://poltekkesmerangin.org.
Direktur Poltekkes Kemenkes Merangin, dr. Siti Nurhaliza, M.Kes, menekankan bahwa peralihan musim sering kali menurunkan imunitas tubuh, membuat masyarakat lebih rentan terhadap infeksi. "Perubahan suhu yang ekstrem dari hujan ke kemarau tidak hanya memengaruhi pola cuaca, tapi juga kesehatan kita. Imunitas turun, dan lingkungan menjadi sarang penyakit jika sanitasi buruk. Oleh karena itu, kami ingatkan tiga penyakit utama ini agar masyarakat bisa mencegah sebelum terlambat," ujar dr. Siti dalam sambutannya. Ia mengutip data Dinkes Provinsi Jambi yang mencatat 2.324 kasus DBD dari Januari hingga Juni 2025, dengan Merangin menyumbang 64 kasus—angka yang mengkhawatirkan mengingat daerah ini memiliki banyak sungai dan perkebunan yang menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit pertama yang diwaspadai adalah diare, yang sering disebabkan oleh sanitasi buruk dan kontaminasi air minum. Saat musim peralihan, genangan air sisa hujan bercampur dengan sampah menciptakan lingkungan tidak sehat, memicu infeksi bakteri seperti E. coli. Gejala utamanya meliputi diare berair, muntah, demam ringan, dan dehidrasi parah jika tidak ditangani. Dr. Siti menambahkan, "Diare bukan hanya masalah anak-anak; orang dewasa di Merangin juga rentan karena akses air bersih terbatas di pedesaan. Pencegahan sederhana: cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan rebus air minum."
Kedua, influenza atau flu biasa, yang melonjak akibat fluktuasi suhu udara. Virus influenza menyerang saluran pernapasan atas, menyebar melalui droplet saat batuk atau bersin. Gejala mencakup demam tinggi, pilek, sakit tenggorokan, dan kelelahan yang bisa berlangsung hingga dua minggu. "Perubahan suhu membuat tubuh sulit beradaptasi, sehingga virus lebih mudah menyerang. Di Merangin, kasus flu meningkat 20% setiap transisi musim," ungkap dr. Siti, merujuk data internal Poltekkes. Tips pencegahan yang disarankan termasuk menjaga jarak sosial, memakai masker di tempat ramai, dan konsumsi makanan bergizi tinggi vitamin C seperti jeruk dan pepaya lokal.
Ketiga, demam berdarah dengue (DBD), penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes. Sanitasi buruk memperburuknya, karena wadah air tergenang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan ruam kulit bisa berkembang menjadi syok hemoragik jika tidak segera dirawat. Data Dinkes Provinsi Jambi menunjukkan Kota Jambi sebagai penyumbang terbanyak dengan 319 kasus, diikuti Batang Hari (83) dan Merangin (64). "DBD bukan musiman biasa; di Merangin, kasusnya naik tajam karena perkebunan sawit yang banyak genangan air. Kami dorong fogging rutin dan eliminasi sarang nyamuk," tegas dr. Siti.
Sosialisasi Poltekkes Kemenkes Merangin tidak berhenti pada teori. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan turun langsung ke desa-desa untuk demonstrasi praktik, seperti cara membersihkan selokan dan memantau gejala dini. "Kami libatkan mahasiswa agar ilmu ini langsung diterapkan di lapangan," kata Ns. Rina, koordinator kegiatan. Kegiatan ini selaras dengan pernyataan Najatul Hasanah, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Provinsi Jambi, yang dikutip IMCNews.id: "Kenapa bisa meningkat, karena imunitas kita saat musim tersebut turun akibat perubahan suhu. Sanitasi tidak baik sehingga menyebabkan lingkungan tidak baik."
Poltekkes Kemenkes Merangin juga menyiapkan posko konsultasi gratis di kampus hingga akhir September 2025, bekerja sama dengan puskesmas setempat. "Tujuan kami bukan hanya mengingatkan, tapi membekali masyarakat dengan pengetahuan pencegahan. Dengan begitu, angka morbiditas bisa ditekan, dan Merangin tetap sehat meski musim berganti," pungkas dr. Siti. Inisiatif ini diharapkan menjadi model bagi kabupaten lain di Jambi, memastikan transisi musim tidak lagi menjadi momok kesehatan. Masyarakat diimbau segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala, dan ingat: pencegahan adalah kunci utama.
Direktur Poltekkes Kemenkes Merangin, dr. Siti Nurhaliza, M.Kes, menekankan bahwa peralihan musim sering kali menurunkan imunitas tubuh, membuat masyarakat lebih rentan terhadap infeksi. "Perubahan suhu yang ekstrem dari hujan ke kemarau tidak hanya memengaruhi pola cuaca, tapi juga kesehatan kita. Imunitas turun, dan lingkungan menjadi sarang penyakit jika sanitasi buruk. Oleh karena itu, kami ingatkan tiga penyakit utama ini agar masyarakat bisa mencegah sebelum terlambat," ujar dr. Siti dalam sambutannya. Ia mengutip data Dinkes Provinsi Jambi yang mencatat 2.324 kasus DBD dari Januari hingga Juni 2025, dengan Merangin menyumbang 64 kasus—angka yang mengkhawatirkan mengingat daerah ini memiliki banyak sungai dan perkebunan yang menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit pertama yang diwaspadai adalah diare, yang sering disebabkan oleh sanitasi buruk dan kontaminasi air minum. Saat musim peralihan, genangan air sisa hujan bercampur dengan sampah menciptakan lingkungan tidak sehat, memicu infeksi bakteri seperti E. coli. Gejala utamanya meliputi diare berair, muntah, demam ringan, dan dehidrasi parah jika tidak ditangani. Dr. Siti menambahkan, "Diare bukan hanya masalah anak-anak; orang dewasa di Merangin juga rentan karena akses air bersih terbatas di pedesaan. Pencegahan sederhana: cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan rebus air minum."
Kedua, influenza atau flu biasa, yang melonjak akibat fluktuasi suhu udara. Virus influenza menyerang saluran pernapasan atas, menyebar melalui droplet saat batuk atau bersin. Gejala mencakup demam tinggi, pilek, sakit tenggorokan, dan kelelahan yang bisa berlangsung hingga dua minggu. "Perubahan suhu membuat tubuh sulit beradaptasi, sehingga virus lebih mudah menyerang. Di Merangin, kasus flu meningkat 20% setiap transisi musim," ungkap dr. Siti, merujuk data internal Poltekkes. Tips pencegahan yang disarankan termasuk menjaga jarak sosial, memakai masker di tempat ramai, dan konsumsi makanan bergizi tinggi vitamin C seperti jeruk dan pepaya lokal.
Ketiga, demam berdarah dengue (DBD), penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes. Sanitasi buruk memperburuknya, karena wadah air tergenang menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan ruam kulit bisa berkembang menjadi syok hemoragik jika tidak segera dirawat. Data Dinkes Provinsi Jambi menunjukkan Kota Jambi sebagai penyumbang terbanyak dengan 319 kasus, diikuti Batang Hari (83) dan Merangin (64). "DBD bukan musiman biasa; di Merangin, kasusnya naik tajam karena perkebunan sawit yang banyak genangan air. Kami dorong fogging rutin dan eliminasi sarang nyamuk," tegas dr. Siti.
Sosialisasi Poltekkes Kemenkes Merangin tidak berhenti pada teori. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan turun langsung ke desa-desa untuk demonstrasi praktik, seperti cara membersihkan selokan dan memantau gejala dini. "Kami libatkan mahasiswa agar ilmu ini langsung diterapkan di lapangan," kata Ns. Rina, koordinator kegiatan. Kegiatan ini selaras dengan pernyataan Najatul Hasanah, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Provinsi Jambi, yang dikutip IMCNews.id: "Kenapa bisa meningkat, karena imunitas kita saat musim tersebut turun akibat perubahan suhu. Sanitasi tidak baik sehingga menyebabkan lingkungan tidak baik."
Poltekkes Kemenkes Merangin juga menyiapkan posko konsultasi gratis di kampus hingga akhir September 2025, bekerja sama dengan puskesmas setempat. "Tujuan kami bukan hanya mengingatkan, tapi membekali masyarakat dengan pengetahuan pencegahan. Dengan begitu, angka morbiditas bisa ditekan, dan Merangin tetap sehat meski musim berganti," pungkas dr. Siti. Inisiatif ini diharapkan menjadi model bagi kabupaten lain di Jambi, memastikan transisi musim tidak lagi menjadi momok kesehatan. Masyarakat diimbau segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala, dan ingat: pencegahan adalah kunci utama.
