GELORA.CO - Dunia maya kembali dihebohkan dengan istilah Black Mamba yang mendadak trending usai beredar foto benda misterius yang dikaitkan dengan politisi Ahmad Sahroni dan istrinya.
Potongan gambar itu tersebar luas melalui unggahan media sosial, disebut-sebut ditemukan di kediaman Sahroni setelah aksi demo DPR pada 28 Agustus 2025.
Fenomena ini langsung memicu spekulasi liar di kalangan warganet.
Ada yang menanggapinya dengan satire, namun tak sedikit pula yang mempercayainya seolah-olah kabar itu benar.
Situasi inilah yang membuat nama Ahmad Sahroni, mantan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, kembali jadi bahan perbincangan hangat.
Klarifikasi: Hoaks Benda Black Mamba di Rumah Sahroni
Di tengah ramainya isu tersebut, muncul klarifikasi dari akun X (Twitter) bernama @KPHYudi.
Dalam unggahannya, ia menegaskan bahwa kabar soal penemuan benda berbentuk dildo di rumah Sahroni adalah hoaks.
“Tidak ada fakta yang mendukung kabar itu. Isu ini jelas sengaja digoreng untuk memperkeruh opini publik,” tulisnya.
Ia pun mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang sumbernya tidak jelas.
Lagi rame gini pasti rame hoaxes...
— Gerry Soejatman (@GerryS) August 30, 2025
Dan... ya, yang ini sih yang bikin saya geleng2 kepala...
Claim:
Original Image, sedikit lebih dari 5 tahun umurnya...
Pinter2 yah biar gak ketipu... 😂🤣😂🤣😂🤣 pic.twitter.com/hxHYZazver
Apa Itu Black Mamba?
Secara umum, Black Mamba dikenal sebagai nama salah satu spesies ular paling berbahaya di Afrika.
Ular ini terkenal dengan bisa yang sangat mematikan.
Karena sifatnya yang mematikan, istilah Black Mamba kerap digunakan secara kiasan untuk menggambarkan sesuatu yang menakutkan, misterius, atau berisiko tinggi.
Namun dalam konteks viral kali ini, istilah Black Mamba justru diplesetkan menjadi sebutan untuk alat bantu seks berbentuk menyerupai alat kelamin pria.
Pentingnya Sikap Kritis di Era Digital
Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana potongan gambar dan caption sederhana di media sosial bisa dipelintir menjadi gosip liar.
Dari sekadar istilah populer, isu ini bergulir menjadi tuduhan personal yang bisa merusak reputasi seseorang.
Fenomena ini mengingatkan masyarakat agar lebih kritis dalam menyaring informasi di era digital.
Hoaks bisa dengan cepat menyebar, apalagi jika diperkuat gambar atau narasi provokatif.
Tanpa konfirmasi dan verifikasi, kabar semacam ini berpotensi menciptakan persepsi publik yang keliru dan merugikan individu yang dituduh.(np)
Sumber: jawapos